JAKARTA - Ketua PWI Pusat Atal S Depari ikut berduka saat mendengar kabar berpulangnya Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.Phil., M.A., CBE CBE. Meski belum banyak berinteraksi dengan almarhum karena kesibukan masing-masing, namun satu kenangan yang membuatnya tak akan lupa, yaitu saat memberikan kartu anggota PWI.
"Saya amat senang saat berbincang dengan dia setelah menyerahkan kartu anggota PWI untuk almarhum Prof Azyumardi Azra tak lama setelah dia menjabat sebagai Ketua Dewan Pers. Ini kan setelah sekian lama kartunya non aktif, dia kembali ke almamaternya yang dulu," kata Atal S Depari kepada VOI yang menghubunginya Minggu, 19 September.
Seperti diketahui almarhum memang pernah bekerja sebagai wartawan di Majalah Panji Masyarakat dalam kurun waktu 1979 - 1985. Menurut laman resmi PWI Pusat, almarhum terdaftar sebagai anggota PWI sejak 4 Maret 1987. Namun setelah itu kiprahnya lebih banyak pada dunia pendidikan, demokrasi dan keislaman. Kariernya sebagai dosen di Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang UIN Syarif Hidayatullah), Jakarta sejak 1992 dan terus berkembang sampai puncak menjadi Guru Besar di almamaternya. Pada Desember 2006, ia menjabat Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sebelumnya sejak tahun 1998 hingga akhir 2006 adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Meski peringatan hari pers nasional masih lama, namun dalam pertemuan dengan almarhum Azyumardi Azra dia sudah menunjukkan perhatian atas acara tahunan memperingati hari pers nasional itu. "Untuk tahun 2023 Peringatan Hari Pers Nasional akan dilakukan di kota Medan. Saat bertemu saya dia bilang akan mengutus salah seorang dari Dewan Pers yang bisa intens melakukan persiapan acara tersebut. Tapi belum terealisasi acara itu dia sudah mendahului kita semua. Semoga amal dan ibadahnya selama hidup di dunia diterima di sisi Allah SWT," kata Atal S Depari.
Tugas Berat
Tugas sebagai Ketua Dewan Pers, lanjut Atal, memang tidak ringan. Namun semua itu dilakukan dengan semangat yang tinggi oleh almarhum. Azyumardi terpilih sebagai anggota Dewan Pers dari unsur Masyarakat. "Sebelum dia dipilih dia sempat berucap kepada saya, kalau dia itu termasuk orang yang memiliki banyak komorbid. Tapi memang maut itu rahasia yang Maha Kuasa, siapa pun dan kapan pun bisa menghadap Sang Khalik. Terlepas dari dia yang punya komorbid atau tidak, mungkin ini sudah waktunya ia kembali ke haribaan-Nya," kata Atal yang tak sempat bertanya apa saja komorbid yang ada pada almarhum.
Dalam berita yang disiarkan oleh VOI terdahulu almarhum menurut anggota Dewan Pers Tri Agung Kristanto, Azyumardi Azra meninggal dunia karena serangan jantung (komorbid). Setelah di rumah sakit ternyata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu juga terkonfirmasi mengidap COVID-19 setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Serdang di Selangor, Malaysia.
Satu hal yang menjadi perhatian Atal S Depari, setelah terpilih menjadi Ketua Dewan Pers, Prof Azyumardi amat getol memperjuangkan kebebasan pers. Salah satunya adalah pemperjuangkan isi RUU KUHP yang bisa mengancam kebebasan pers. "Dia itu amat perhatian pada kebebasan pers di Indonesia. Setelah dilantik dia amat aktif memperjuangkan agar isi RUU KUHP yang dalam penggodogan legislatif tidak ada pasal-pasal yang mengancam kebebasan pers direvisi. Dia mendatangi berbagai pihak termasuk komisi-komisi di DPR RI untuk menyampaikan aspirasi," kata Atal.
Setelah Azyumardi Azra tutup usia, Atal S Depari berharap ada yang bisa meneruskan apa yang sudah ia lakukan. "Kita berharap semoga ada yang bisa meneruskan perjuangan beliau," harapnya.