Jembatan Gantung di Probolinggo Ambruk, 40 Siswa dan 1 Guru Terjun Bebas ke Sungai, PUPR Beberkan Biang Keladinya
Jembatan gantung penghubung Desa Pajarakan dengan Desa Kregenan di Probolinggo ambruk pada Jumat 9 September. (dok Diskominfo Kabupaten Probolinggo)

Bagikan:

PROBOLINGGO - Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahjo Saputra mengungkapkan tak kuatnya bangunan menahan beban diduga jadi biang keladi putusnya jembatan gantung di Desa Kregenan.

"Banyak siswa SMPN 1 Pajarakan melakukan jalan santai melewati jembatan gantung itu yang menyebabkan overload, sehingga cantolan pemberat jembatan yang berada di ujung jembatan patah," kata Hengki dalam keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Jumat 9 September.

Jembatan gantung penghubung Desa Pajarakan Kulon Kecamatan Pajarakan dengan Desa Kregenan di Kecamatan Kraksaan ambruk pada Jumat 9 September. Akibatnya 40 siswa dan satu guru terjun bebas jatuh ke sungai.

Insiden itu membuat 14 siswa dan satu guru harus mendapatkan perawatan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waluyo Jati Kraksaan.

"Ketika berada di atas jembatan, siswa yang melewati jembatan tersebut berkumpul serta menggoyang-goyangkan jembatan dan beban jembatan juga berlebihan," tuturnya.

Menurutnya Hengki, saat kejadian beban yang ditanggung jembatan memang di luar batas. Dia bilang sekitar 36 siswa mengakses jembatan pada waktu bersamaan dan apabila satu anak beratnya 50 kilogram maka sudah ada beban 1,8 ton.

Jika beban 1,8 ton itu di tengah-tengah jaraknya dengan bentang 20 meter, kemudian 10 meter dibagi kanan kiri, maka hampir kurang lebih 3,6 ton dalam waktu bersamaan.

"Kalau itu ditambah dengan goyangan bisa-bisa bebannya 7 sampai 10 ton, makanya jembatan tidak mampu dan ambruk karena overload. Kalau jembatan gantung biasanya yang lewat berjalan statis, kalau diam tentunya akan menambah beban pada jembatan," katanya.

Akibat ambruknya jembatan gantung tersebut, lanjut dia, kondisi jembatan di sisi timur sungai, pondasi dan balok poer serta pilon jatuh ke sungai, sedangkan sisi barat sungai, besi angker atau cantolan pemberat jembatan putus.

"Untuk penanganan sisi timur perlu dilakukan pembangunan kembali balok angker, pondasi dan pilon jembatan. Untuk sisi barat pembangunan kembali balok angker. Untuk kabel selling dan lantai jembatan juga perlu diperbarui," ujarnya.

Ia menjelaskan penanganan masih dilakukan asesmen di lapangan oleh Dinas PUPR dan untuk pembenahan nanti masih dirapatkan dengan BPBD Kabupaten Probolinggo karena bencana tupoksinya BPBD.

"Harapannya dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan pembenahan untuk penggantian jembatan gantung dan mudah-mudahan dari hasil rakor itu bisa menggunakan dana BTT (Belanja Tidak Terduga) dalam waktu dekat untuk dilakukan perbaikan," katanya.

Hengky mengatakan, PUPR akan melakukan asessmen untuk jembatan-jembatan gantung yang lain yang ada di Kabupaten Probolinggo. Dia menyebutkan, jika asessmen terdeteksi harus ada perbaikan maka akan segera ditindaklanjuti agar kejadian serupa di Desa Kregenan tidak terulang.

"Saya imbau kepada masyarakat jika melewati jembatan gantung maka harus berjalan dan jangan berhenti atau diam, apalagi sambil digoyang-goyangkan karena hal itu sangat berbahaya sekali," tandasnya.