Ukraina Umumkan Mulai Lancarkan Serangan Balasan, Rebut Kembali Wilayah yang Dikuasai Rusia
Ilustrasi militer Ukraina. (Wikimedia Commons/Ministry of Defense of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Ukraina pada Hari Senin mengumumkan dimulainya serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu, untuk merebut kembali wilayah di selatan yang dikuasai oleh pasukan Rusia sejak invasi mereka enam bulan lalu.

"Hari ini kami memulai aksi ofensif ke berbagai arah, termasuk di wilayah Kherson," kata penyiar publik Ukraina Suspilne mengutip juru bicara komando selatan Natalia Humeniuk, melansir Reuters 29 Agustus.

Diketahui, Rusia dengan cepat merebut wilayah selatan Ukraina di dekat pantai Laut Hitam, termasuk kota Kherson, pada fase awal perang yang sangat kontras dengan upayanya yang gagal untuk merebut ibu kota Kyiv.

Ukraina telah menggunakan senjata canggih yang dipasok Barat, untuk menghantam tempat pembuangan amunisi Rusia dan merusak jalur pasokan.

Humeniuk mengatakan pada briefing Hari Senin, Ukraina telah menyerang lebih dari 10 tempat pembuangan amunisi seperti itu dalam seminggu terakhir, menambahkan mereka "tidak diragukan lagi telah melemahkan musuh".

Dia menolak memberikan rincian serangan balasan, dengan mengatakan pasukan Rusia di Ukraina selatan tetap "cukup kuat".

Terpisah, Gubernur Semenanjung Krimea yang dicaplok oleh Rusia, Sergei Aksyonov, menolak pengumuman itu sebagai "propaganda palsu lainnya dari Ukraina". Krimea berbatasan dengan wilayah Kherson.

Kantor berita Rusia RIA, mengutip pejabat lokal Vladimir Leontiev, melaporkan bahwa orang-orang dievakuasi dari tempat kerja di Nova Kahokva, sebuah kota 58 km (36 mil) di sebelah timur Kherson, setelah pasukan Ukraina melakukan lebih dari 10 serangan rudal di sana.

Adapun wilayah Donetsk di Ukraina timur, pasukan Rusia menembaki infrastruktur militer dan sipil di dekat Bakhmut, Shumy, Yakovlivka, Zaytsevo, dan Kodema, kata militer Ukraina pada Senin pagi.

Invasi ke Ukraina telah memicu konflik paling dahsyat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Ribuan orang telah tewas, jutaan mengungsi dan kota-kota hancur. Perang juga mengancam ekonomi global dengan krisis energi dan pasokan pangan.