Kabar Baik, Pemilik Antibodi Rendah akan 'Dikawal' Jalani Vaksinasi COVID-19 Akhir 2022
Wirjawan Hardjamulia, lansia berusia 104 tahun menjalani vaksinasi COVID-19 di RS Vania, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa 21 Maret 2021. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa dilakukannya kajian lebih lanjut terkait pemberian vaksin COVID-19 pada anak dan lansia merupakan bentuk upaya pemerintah dalam memperkuat antibodi warga Indonesia.

“Salah satu inisiatifnya adalah nanti Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun, nanti kita akan mulai jajaki. Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui vaksinasi pediatrik namanya,” kata Budi dalam Konferensi Pers Evaluasi PPKM yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa 23 Agustus.

Budi menuturkan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini sedang memperdalam kajian pemberian vaksin COVID-19 kepada kelompok rentan yang belum bisa mengikuti vaksinasi. Kajian yang dilakukan termasuk bagi lansia dan penderita komorbid.

Rencananya pemberian vaksinasi pada kelompok dengan antibodi rendah itu akan dimulai pada akhir tahun 2022.

Di samping pemerintah menggencarkan dosis vaksin COVID-19 lanjutan bagi kelompok lansia dan komorbid sesuai dengan nama dan tempat tinggalnya.

Hal itu terus diupayakan agar antibodi yang dimiliki masyarakat saat ini tetap terbentuk setelah antibodi sejumlah pihak mengalami penurunan akibat enam bulan lebih tidak melakukan vaksinasi lanjutan.

“Kita segera berikan alternatif vaksin yang ada agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya, untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia, untuk menghadapi atau siap-siap pada awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru,” ucap Budi.

Menurut Budi, turunnya antibodi tidak bisa disepelekan karena mutasi virus akan terus terjadi, meski hasil atau dampak yang diberikan oleh subvarian baru yang lahir jauh lebih lemah dari subvarian yang sebelumnya.

“Jadi mutasi virus itu akan membuat inangnya lebih susah mati. Itu mengapa sebabnya virus yang baru pasti lebih lemah dari virus yang lama, karena dia tidak ingin juga cepat-cepat mati. Itulah sebabnya Omicron lebih lemah dari Delta,” ujarnya disitat Antara.

Budi mengatakan apabila pemerintah sudah memiliki data valid terkait pihak-pihak yang telah melakukan vaksinasi beserta dosis terakhir yang didapatkan, sehingga harapannya distribusi vaksin pada pihak yang diprioritaskan dapat diberikan tepat sasaran.

Budi berharap upaya tersebut dapat menjaga kadar antibodi masyarakat tetap tinggi, saat negara akan menghadapi kemungkinan terjadinya mutasi virus COVID-19 yang baru pada awal tahun 2023.

“Dengan demikian, kita akan memprioritaskannya bukan vaksin booster I, booster II atau booster III. Tapi kapan terakhir dia yang bersangkutan divaksin karena makin lama dia divaksin, otomatis makin rendah kadar antibodinya itu caranya kita prioritaskan,” kata Budi.