DPR Fraksi PKB: Indonesia Wajib Kerja Sama dengan Korea Selatan dalam Industri Mobil Listrik
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza mendorong kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan dalam mengembangkan industri mobil listrik karena selaras dengan komitmen Indonesia mengembangkan teknologi transportasi ramah lingkungan.

Faisol menyatakan pihaknya telah bertemu Dubes Korea pada 17 November 2020 dan membahas selain pandemi, juga investasi seperti kendaraan listrik dan industri baterai.

"Mudah-mudahan ini menjadi alternatif kita bentuk mengembangkan industri mobil listrik dan baterai," katanya, dikutip dari Antara, Kamis 19 November.

Ia berpendapat bahwa investasi yang dilakukan oleh Hyundai dan sejumlah perusahaan Korea lainnya akan bisa membantu perekonomian Indonesia.

Apalagi, ujar dia, DPR RI bersama pemerintah telah mengesahkan Omnibus Law UU Cipta Kerja untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sekaligus memberikan kepastian hukum.

Menurut Faisol, dengan disahkannya UU tersebut para investor dari Negeri Ginseng itu bisa kembali berinvestasi di Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia dan Korea Selatan sedang menunggu tindak lanjut implementasi Indonesia-Korea Comprehensif Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

"Kita tahu investor Korea banyak dan ada di semua lini sektor, karena hadirnya UU ini para investor khususnya dari Korea bisa melihat ini sebagai bentuk kerja sama di masa mendatang," ucapnya.

Diharapkan investasi tersebut ke depannya juga akan berkontribusi positif terhadap perkembangan industri mobil listrik dengan menjadi pemasok ke pasar-pasar utama, khususnya yang terdapat di kawasan ASEAN.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pekan ini perusahaan asal Korea Selatan, LG Chem Ltd akan menandatangani kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan baterai litium untuk mobil listrik.

"Minggu ini kalau tidak ada perubahan LG Korea juga juga akan tanda tangan (kerja sama pengembangan baterai mobil listrik)," katanya dalam webinar yang digelar UGM, Selasa 17 November.

Kerja sama tersebut menyusul kesepakatan dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) asal China yang juga telah menandatangani kerja sama dengan PT Inalum (Persero) untuk pengembangan baterai litium untuk kendaraan listrik.

Luhut menambahkan Pemerintah Indonesia juga terus melakukan pendekatan dengan banyak pihak, termasuk para pemain besar di bidang industri baterai kendaraan listrik untuk bisa berinvestasi di Indonesia.

"Sekarang kita sedang approach (pendekatan) juga dengan yang lain, big player. Kita pengen kemana saja kita berkawan, apakah dia China, apakah dia Amerika, atau mana," katanya.

Mantan Menko Polhukam itu menuturkan Indonesia ingin menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel terbanyak di dunia.

Indonesia pun kini mulai melakukan hilirisasi nikel dan diharapkan produksi baterai kendaraan listrik sudah bisa dimulai pada akhir 2023 atau 2024.