JAKARTA - Sejumlah agen perjalanan merekomendasikan calon anggota jemaah menunda keberangkatan ibadah umrah seiring dengan ketatnya peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi selama pandemi COVID-19.
"Sebetulnya pola yang sudah disepakati kan di sini mereka (jemaah) menjalani swab (tes usap) 3x24 jam sebelum berangkat. Sampai sana karantina tiga hari, kemudian di-swab lagi, yang negatif bisa umrah dan bisa menjalankan ibadah sesuai aturan," kata Ketua Perhimpunan Pengusaha Biro Ibadah Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) Her Suprabu dikutip dari Antara, Kamis 12 November.
Meski demikian, menurut dia, ketika ada satu anggota yang positif maka seluruh anggota yang berada dalam satu kelompok dengan pasien harus menjalani isolasi mandiri. Ia mengatakan kondisi tersebut terjadi pada pemberangkatan jemaah umrah beberapa waktu lalu.
"Ada satu yang kena, akhirnya seluruh anggota jemaah harus isolasi mandiri. Selama di sana tidak boleh kemana-mana, hanya di hotel saja. Bahkan tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Madinah. Mereka kan stres," katanya.
Terkait hal itu, saat ini para agen perjalanan ibadah umrah sedang mencari alternatif terbaik agar para anggota jemaah tidak terkendala oleh berbagai aturan, termasuk kewajiban tes usap yang harus dilakukan sebanyak empat kali selama di Arab Saudi.
"Oleh karena itu, untuk saat ini kami mengimbau agar ditunda lagi jemaah umrah, karena aturannya belum pasti. Di sana masih ada swab sampai empat kali sehingga ibadah jadi tidak maksimal," katanya.
Ia mengatakan penundaan sendiri dilakukan juga untuk meminimalisasi risiko terpapar selama perjalanan. Apalagi, saat ini sistem pengurusan visa juga masih dinonaktifkan oleh Pemerintah Arab Saudi.
BACA JUGA:
"Sistem visa off. Pemerintah Arab Saudi juga masih melakukan evaluasi. Daripada memaksakan diri ke sana tetapi sampai sana tidak bisa umrah," katanya.
Senada, Direktur Utama PT Hajar Aswad yang juga sekretaris Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Retno Anugerah Andriyani mengatakan belum merekomendasikan jemaah untuk melakukan ibadah umrah di masa pandemi COVID-19.
"Karena seluruh rangkaian perjalanan dan pelaksanaan ibadah umrah sepenuhnya dikendalikan dan diawasi dengan ketat oleh pihak Pemerintah Arab Saudi. Itenerary (daftar kegiatan dan estimasi biaya) yang sudah kami siapkan hampir semuanya meleset karena kebijakan waktu beribadah dan prosesi umrah seluruhnya diatur oleh Pemerintah Saudi," katanya.
Jika ibadah umrah itu dipaksakan, tambah dia, maka bisa berdampak pada ketidaknyamanan jemaah selama menjalankan ibadah umrah.
"Jangan sampai ibadah yang telah direncanakan dari tanah air menjadi kurang maksimal dan penuh rasa kecewa karena banyak pembatasan," katanya.