JAKARTA - Pesawat Lion Air JT-3944 mengalihkan pendaratan ke Bandara Frans Kaisiepo, Biak, Papua. Pesawat dari Bandara Dominie Eduard Osok, Sorong itu memilih mendaratkan pesawat di bandara Biak karena kecepatan angin tiba-tiba berubah.
Pesawat Boeing 737-900ER registrasi PK-LQT, membawa 205 penumpang, berangkat dari Sorong pukul 07.25 WI dan dijadwalkan mendarat di Bandar Udara Rendani pukul 08.10 WIT, Kamis, 28 Juli.
“Ketika proses pendaratan, terjadi perubahan kecepatan angin dari arah belakang yang melebihi batas ditetapkan (tailwind) menjadi 5 knot yang tidak memenuhi kualifikasi keselamatan penerbangan fase mendarat dan lepas landas. Untuk itu, pilot memutuskan melakukan pengalihan pendaratan di bandar udara alternatif (divert) yaitu Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak, Papua (BIK). Pesawat mendarat di Biak pukul 08.44 WIT,” ujar Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro dalam keterangan tertulis.
Setelah mendapatkan informasi perkiraan kecepatan arah angin di Manokwari kurang dari 5 knot, Lion Air penerbangan JT-3944 mengudara dari Biak pukul 09.22 WIT.
Proses pendaratan sudah dilakukan, namun kecepatan angin dari arah belakang terhadap arah landas pacu (runway) berubah menjadi 12 knot. Kondisi ini, pilot memutuskan untuk kembali ke Bandar Udara Frans Kaisiepo (return to base/ RTB). Pesawat mendarat pukul 10.36 WIT.
Pilot dan petugas layanan darat (ground staff) tetap berkomunikasi bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Manokwari hingga arah kecepatan angin normal (sesuai yang ditentukan).
“Setelah kecepatan arah angin di bandar udara tujuan memenuhi persyaratan untuk pendaratan, Lion Air terbang kembali dari Bandar Udara Frans Kaisiepo pukul 16.13 WIT, pesawat sudah mendarat di Bandar Udara Rendani pukul 16.53 WIT,” kata Danannng