Gubernur Sulsel Masih Tunggu Usulan Kepsek untuk Sekolah Tatap Muka
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah (Instagram nurdin.abdullah)

Bagikan:

MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Nurdin Abdullah, masih menunggu usulan dari Kepala Sekolah (Kepsek) terkait keputusan memulai sekolah tatap muka. Hal tersebut sudah dilaporkan secara langsung kepada Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

"Sulsel memiliki sistem yang cukup berbeda, yakni mulai dari bawah keputusan memulai sekolah tatap muka," ujar Nurdin Abdullah di kantor gubernur Sulsel, Selasa, 10 November.

Yang paling penting, katanya, kesepakatan dari orang tua murid, pihak sekolah dan Dinas Kesehatan Sulsel maupun kabupaten kota se-Sulsel. Alasannya, Dinas Kesehatan bersama Disdik melakukan pengecekan kesiapan setiap sekolah, layak atau tidaknya untuk dimulainya sekolah tatap muka. 

"Ini juga sudah saya laporkan kepada Bapak Presiden, bahwa langkah kita di Sulawesi Selatan tidak lagi dari atas ke bawah, tetapi kita menunggu usulan dari sekolah atas persetujuan orang tua. Kepala sekolah mengusulkan kepada Kepala Dinas, nanti dinas pendidikan dan dinas kesehatan turun melihat protokol COVID dalam rangka pembelajaran tatap muka," jelas Nurdin.

Menurut dia, bila pihak Dinas Kesehatan, Disdik sudah memastikan protokol kesehatan, siap maka Pemprov Sulsel akan mulai mengkaji sekolah tatap muka.

"Kalau ini semua kita yakinkan bahwa protokol COVID dijalankan dengan baik, tentu saya akan setuju, tapi jangan tunggu dari kita untuk meminta sekolah untuk dibuka, tapi kesiapan sekolah masing-masing termasuk persetujuan orang tua. Artinya orang tua juga ikut mengawasi anaknya pergi sekolah dan pulang dia tidak kemana-mana," jelas dia.

Namun, sekolah tatap muka juga sudah dimulai di sejumlah daerah yang dianggap masuk zona hijau, seperti Toraja Utara dan Tanah Toraja. Karena itu, bagi daerah yang sudah dianggap aman dari penyebaran COVID-19, diharapkan agar tidak mempersulit apalagi jika sudah memenuhi syarat. 

"Sudah ada yang membuka kok, termasuk di Toraja. Jangan dibuat menjadi sulit. Yang tahu persis kondisi kita adalah kepala sekolahnya. Kalau kepala sekolahnya sudah menyiapkan protokol kesehatan dengan baik, wajib cuci tangan, wajib pakai masker di sekolah, terus di sekolah juga diatur jarak mungkin kapasitas 50 persen dulu terus yang kedua 50 persen, kan bisa diatur seperti itu," terang Nurdin yang akrab disapa Prof NA ini.