Dari Video Bodycam ini Tergambar Bagaimana Kebingungan Polisi Hadapi Penembakan Uvalde
Suasana saat pembantaian di Robb Elementary (Foto via @TexasTribune)

Bagikan:

JAKARTA - Video bodycam polisi saat terjadi penembakan di sekolah Uvalde yang menewaskan 19 anak-anak dan dua guru pada bulan Mei kembali dirilis. Tergambar bagaimana kebingungannya polisi menghadapi situasi menegangkan itu.

"Orang-orang akan bertanya mengapa kita lama sekali," ucap seorang petugas di luar kamera yang terdengar seperti dikutip dari NBC News, Senin 18 Juli.

Petugas itu bilang hal tersebut kira-kira satu jam setelah petugas keamanan pertama kali memasuki Sekolah Dasar Robb pada 24 Mei.

Mereka sadar kalau situasi di dalam sana sedang genting. Toh pada akhirnya, petugas keamanan membutuhkan lebih dari satu jam untuk menjatuhkan pria bersenjata yang belakangan diidentifikasi dengan nama Salvador Ramos (18 tahun).

Dalam rangkaian video kamera tubuh yang dirilis oleh Departemen Kepolisian Uvalde, terlihat petugas memecahkan kaca dan membantu anak-anak melarikan diri dari serangan mematikan tersebut.

Dalam satu video yang diambil di awal respons polisi, terdengar suara tembakan di dalam sekolah.

"Apakah saya berdarah?" kata salah satu petugas.

Video kemudian menunjukkan darah di tangannya dan petugas mengatakan dia berdarah dari telinganya.

Setelah keluar sebentar dari sekolah, dia kemudian terdengar memberi tahu petugas yang datang, "Kita harus masuk ke sana."

“Pria itu ada di dalam kelas sekarang,” katanya tentang penembak, Salvador Ramos.

Penyelidikan DPR Texas tentang penembakan massal ini adalah temuan "kegagalan sistemik" dan kepemimpinan yang buruk berperan pada banyaknya korban.

Dalam laporan 77 halaman dikutip ANTARA dari Reuters, komite penyelidikan DPR Texas mempertanyakan mengapa diperlukan waktu lebih dari satu jam bagi polisi dan petugas keamanan lainnya untuk menyerbu dan melumpuhkan seorang penembak berusia 18 tahun di SD Robb pada 24 Mei.

Kesimpulannya, kata laporan itu, para penegak hukum yang datang ke lokasi kejadian "gagal menerapkan latihan menembak mereka, dan mereka gagal memprioritaskan keselamatan korban ketimbang keselamatan mereka sendiri".

Laporan itu juga mengatakan 376 penegak hukum mengepung sekolah itu dalam suasana kacau balau yang ditandai oleh tidak adanya kepemimpinan yang jelas dan tindakan darurat yang cukup.

"Selain si penyerang, Komite tidak menemukan adanya 'penjahat' lain dalam penyelidikan," tulis laporan itu.

"Sebaliknya, kami menemukan kegagalan sistemik dan pengambilan keputusan yang buruk dan mengerikan."

Tidak adanya kepemimpinan, kata laporan itu, telah berkontribusi pada hilangnya nyawa para korban.

"...korban yang terluka menunggu pertolongan lebih dari satu jam, dan si penyerang terus menembakkan senjatanya secara sporadis."