DENPASAR - Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Bali, akan menyandang nama baru menjadi RSUP Prof dr I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah.
Pergantian nama ini merupakan usulan Gubernur Bali Wayan Koster. Usul perubahan nama RSUP Sanglah sudah disetujui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
"Terkait (perubahan) dengan nama rumah sakit Sanglah iya benar. Karena itu, secara aspek legalitasnya sudah ada," kata Direktur Utama (Dirut) RSUP Sanglah I Wayan Sudana, Jumat, 15 Juli.
Gubernur Bali diketahui mengirimkan surat bernomor 440/1964/Yankes. Diskes pada 11 Februari 2020 kepada Kementerian Kesehatan. Surat tersebut berisi usulan perubahan nama RSUP Sanglah menjadi RSUP Prof dr IGN Gde Ngoerah.
Surat Gubernur Bali tersebut didasarkan surat DPRD Provinsi Bali Nomor 593/605/DPRD tertanggal 20 Januari 2020 yang mengusulkan untuk mengganti nama RSUP Sanglah menjadi RSUP Prof dr IGN Gde Ngoerah.
"Beliau (Menteri Kesehatan) melalui suratnya per tanggal 28 Maret 2022 itu, sudah menyetujui. Sehingga diproses, ada mekanismenya, sehingga Bapak Menteri Kesehatan bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu sudah mengeluarkan izin operasional rumah sakit ini, tanggal 7 Juli tahun 2022 ini dengan nama baru RSUP Prof dr I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah," papar Sudana.
Meski secara izin operasional sudah dibolehkan menggunakan nama baru, namun masih perlu dilengkapi administrasinya.
"Dalam catatan sejarahnya, (RSUP Sanglah) hanya poliklinik kecil tapi sudah melakukan pelayanan kesehatan. Kemudian, tahun 1959 atau tiga tahun kemudian itu luar biasa. Jadi diresmikan menjadi di Rumah Sakit Kelas C oleh Presiden Indonesia pertama Soekarno. Memang waktu itu sebagai rumah sakit kelas C hanya sekitar 150 tempat tidur," kata Sudana.
BACA JUGA:
Setelah diresmikan Presiden Soekarno, RSUP Sanglah terus berkembang dan banyak membuka pelayanan hingga akhirnya menjadi rumah sakit kelas A.
"Sekarang menjadi rumah sakit kelas A dan menjadi pusat rujukan baik nasional maupun untuk di Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)," ujar Sudana.
Nama Prof Ngoerah dipilih karena seorang tokoh perjuangan di masa pra-kemerdekaan Indonesia. Ngoerah juga seorang dokter bedah unit Palang Merah di Jakarta dan Purwakarta.
"Beliau adalah tokoh kesehatan yang ada di Bali. Di masa itu sudah menjadi dokter kepresidenan yang pertama, Presiden Soekarno," ujarnya.