Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut capaian rendah vaksin ketiga atau booster COVID-19 disebabkan karena banyak orang yang masih menganggap remeh. Padahal, dosis ini diperlukan untuk memperkuat imunitas.

Dia juga menegaskan kondisi ini tak hanya terjadi di Indonesia melainkan dialami oleh banyak negara.

"Itu di mana-mana. Enggak di Indonesia saja. Orang underestimate lah. Merasa sudah divaksin dua kali, merasa lebih kuat," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube, Senin, 4 Juli.

Budi mengingatkan masyarakat harus segera menerima vaksin booster setelah menerima suntikan dosis kedua. Sebab, sesudah enam, biasanya antibodi untuk melawan virus tersebut akan menurun.

"Jadi jauh lebih baik, jauh lebih siap, jauh lebih waspada kalau kita segera melakukan vaksinasi booster apalagi sesudah enam bulan dosis kedua," tegasnya.

"Itu akan memberikan perlindungan. Hati-hati itu tidak ada buruknya," sambung mantan Wakil Menteri BUMN itu.

Lagipula, Budi menilai, lebih baik masyarakat menerima suntikan booster daripada harus menjalani tes polymerase chain reaction (PCR).

"Disuntik itu apa sih. Kalau saya sih mending disuntik daripada dicolok PCR karena hidungnya kan enggak enak sekali. Suntik kan sekali dalam enam bulan dan kita melakukan ini untuk kehati-hatian serta sangat bermanfaat," ujar Menkes.

Pemerintah juga akan mencari cara agar angka penerima vaksin booster di Tanah Air semakin meningkat. Apalagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan jajarannya untuk mecari pendekatan sosial yang inovatif.

"Orang Indonesia kan perlu pendekatan-pendekatan sosial yang inovatif seperti itu. Jadi mungkin arahan beliau cari pendekatan sosial yangg inovatif agar masyarakat Indonesia jadi semangat dibooster kembali," pungkasnya.