Gubernur Jatim Khofifah Minta Pemerintah Pusat Percepat Suplai Vaksin PMK
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa/FOTO Humas Pemprov Jatim

Bagikan:

SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Khofifah I Parawansa, meminta pemerintah pusat mempercepat suplai vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) guna memutus rantai penularan penyakit hewan ternak di Jawa Timur.

"Kebutuhan vaksin menurut kami sangat darurat karena transmisi penularan PMK sangat cepat. Oleh karena itu, kami harap ada percepatan suplai vaksin dari pemerintah pusat sembari menunggu vaksin lokal dari Pusat Veteriner Farma," kata Khofifah dikutip Antara, Jumat, 17 Juni.

Setelah tiba sebanyak 1.000 dosis vaksin PMK dari Kementerian Pertanian untuk Jawa Timur pada Jumat (17/6), Khofifah secara langsung mengawal dan memantau distribusi penyuntikan vaksin PMK ke hewan ternak menjelang pelaksanaan Iduladha.

Didampingi Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, Khofifah meninjau sentra peternakan sapi di Kecamatan Taman Sidoarjo di mana ada 30 sapi perah yang disuntik vaksin.

Dari total vaksin PMK yang diimpor oleh Kementerian Pertanian, yakni sebanyak 3.000.000 dosis, Jawa Timur mendapat kuota sebanyak 1.500.000 dosis. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10.000 dosis telah masuk ke Indonesia dan 1.000 dosis telah masuk di Jawa Timur pada Selasa (14/6).

Selanjutnya, vaksin langsung didistribusikan ke Kabupaten Sidoarjo sebanyak 200 dosis dan Kabupaten Pasuruan sebanyak 800 dosis. Ia menjelaskan, pemberian vaksin PMK kepada sapi ini membutuhkan tiga kali vaksin

"Vaksin yang dikirim ke Jatim masih minim, yakni 1.000 dosis dan baru terpakai sejumlah 200 suntikan. Dalam sekali membuka botol vaksin mampu untuk menyuntik 100 sapi dan harus habis disuntikkan. Saat ini prioritas untuk sapi perah," ucapnya.

Dia menegaskan, prioritas penyuntikan vaksinasi ini diutamakan bagi sapi perah mengingat ketersediaan yang sangat terbatas. Untuk itu, diharapkan vaksin lokal dari Pusat Veteriner Farma bisa segera rampung pada akhir Juli atau awal Agustus.

Bupati Sidoarjo menilai penanganan PMK ini mirip dengan penanganan Covid-19. Proses penyebaran melalui udara ini yang menjadikan penyebaran virus PMK lebih cepat.

Menurut Ahmad Muhdlor, langkah terbaik dalam melakukan pencegahan penularan adalah melalui proteksi dan isolasi. Proteksi tidak dilakukan pada daerah-daerah yang terdampak saja, tetapi juga pada daerah yang hewan ternaknya masih terjaga sehat.

"Jadi, yang sehat tolong dijaga untuk tidak keluar agar tetap sehat," ucapnya.