Studi dan Observasi Sadarkan Jepang PCR Terjangkau adalah Kunci Tangani COVID-19
Kesibukan di Stasiun Shibuya, Jepang (Takahiro Taguchi/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Jepang akan membentuk sebuah sistem yang memudahkan orang-orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 untuk menjalani tes reaksi berantai polimerase (PCR). Kemudahan yang dimaksud adalah secara proses dan aksesibilitas, termasuk memastikan biaya tes yang murah.

Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa pihaknya berkomitmen menyediakan tes "semulus dan semurah mungkin." Di Jepang, kementerian yang dipimpin Yasutoshi bertanggung jawab atas penanganan pandemi tingkat nasional.

“Beberapa orang sehat ingin menjalani tes PCR untuk meredakan kekhawatiran mereka terhadap infeksi. Selain itu, anggota kelompok teater dan tim olahraga profesional diuji secara teratur karena wabah virus korona dapat menjadi ancaman besar bagi bisnis mereka,” katanya, dikutip Japantimes, Senin, 26 Oktober.

Saat ini, sistem asuransi kesehatan nasional di Jepang tidak menanggung tes PCR untuk orang-orang tanpa gejala COVID-19. Optimalisasi kebijakan ini diambil Jepang berdasar landasan ilmiah, yakni studi dan observasi lapangan.

Setelah Jepang mengalami gelombang kedua infeksi COVID-19, analisis infeksi kluster skala kecil yang dilakukan di sejumlah restoran menunjukkan bahwa risiko penularan cukup rendah di restoran yang mengambil tindak pencegahan yang tepat.

“Kami dapat mengurangi risiko infeksi dengan berkumpul hanya dalam kelompok kecil dan dengan duduk secara diagonal di seberang meja,” katanya. “Kami juga menemukan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah pengunjung ke toko atau fasilitas hiburan dan jumlah kasus infeksi.”

Dalam upaya pencegahan dari gelombang infeksi berulang, Nishimura juga menekankan pentingnya pengetatan pengendalian infeksi di distrik hiburan. Studi dan observasi juga menunjukkan bahwa varian virus yang dibawa dari Eropa berakar dari distrik hiburan di Shinjuku, Tokyo.

Dari sana, infeksi meluas secara nasional dan menyebabkan gelombang kedua di bulan Juli dan Agustus. Bahkan ketika infeksi menyebar dari distrik hiburan, masih mungkin untuk menahan wabah dengan melakukan tes PCR secara ekstensif, kata Yasutoshi.

"Setelah itu, kami dapat mempertimbangkan opsi untuk meminta perusahaan industri tertentu untuk menutup atau mempersingkat jam operasinya secara lokal untuk jangka waktu terbatas," Yasutoshi.