Bagikan:

JAKARTA - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Ahmad Fahrur Rozi mengingatkan mahasiswa Indonesia akan banyaknya tantangan saat belajar di luar negeri. Misalnya, paham-paham liberal dan radikal.

"Alhamdulillah, para mahasiswa dan mahasiswi kita, selalu kita ingatkan agar tidak tertarik dengan paham radikal dan paham liberal. Jadi, semata-mata belajar untuk memegang teguh ajaran Akidah Aswaja," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Antara, Senin, 13 Juni. 

Adanya gejala organisasi trans-nasionalisme di Indonesia, menurut Gus Fahrur, justru menjadikan pelajaran penting buat para mahasiswa yang belajar di luar negeri. Gus Fahrur mengungkapkan hal itu terkait kunjungannya kepada para mahasiswa Indonesia, khususnya program Beasiswa PBNU di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Acara berlangsung di Kantor Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Kairo.

Kunjungan Gus Fahrur dalam rangkaian undangan menghadiri Konferensi Fatwa Internasional yang diselenggarakan Majlis Darul Ifta Mesir dan dihadiri oleh para mufti dan pejabat urusan keagamaan dari 48 negara di dunia.

Gus Fahrur juga menyampaikan para mahasiswa Indonesia membutuhkan perhatian yang intensif agar mereka juga perhatian terhadap negerinya, serta agar mereka mempunyai kepekaan terhadap perkembangan masyarakat secara luas, termasuk adanya isu-isu global.

"Semangat mereka dalam belajar patut mendapat apresiasi. Selain pentingnya para mahasiswa dalam memanfaatkan waktu, juga belajar di Mesir merupakan bagian dari pendadaran agar mampu memegang teguh akidah Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja)," katanya.

Selain itu, dia menjelaskan posisi dan peran penting Mesir yakni tentu saja tidak lepas dari lembaga pendidikan yang sudah lama berdiri di sana yaitu Al Azhar Al-Syarif.

Menurutnya, kampus Al-Azhar telah menjadi lembaga yang paling aktif memerangi segala jenis paham beragama ekstrem di berbagai belahan dunia.

“Kami juga menegaskan penghargaan yang tinggi atas peran Al-Azhar asy-Syarif di bawah kepemimpinan Yang Mulia Professor Dr Ahmed Tayeb. Al-Azhar telah bekerja menghadapi segala jenis ekstremisme baik di dalam maupun di luar Mesir. Al-Azhar telah memainkan peran penting di seluruh dunia," ucapnya.

Peran Al-Azhar tersebut juga tidak lepas dari keberadaan Darul Ifta’ yang menjadi otoritas fatwa tertinggi di Mesir dan diakui dunia.

Lembaga keagamaan seperti ini, kata Gus Fahrur, memiliki kepercayaan tinggi dari masyarakat sehingga perannya penting dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi jutaan umat dengan latar belakang beraneka ragam.

Gus Fahrur mengatakan dalam konteks Indonesia, fungsi sejenis Darul Ifta’ ada pada MUI. Keberadaan fatwa MUI dituntut mampu menjembatani perbedaan suku dan bangsa di Indonesia yang beraneka ragam.

Gus Fahrur mengingatkan setidaknya ada 17.000 pulau di Indonesia, seribu lebih suku dengan tradisi masing-masing. Indonesia menjadi negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia.

“Karena itu, otoritas fatwa yang dipercaya umat semacam Darul Ifta’ maupun MUI memiliki peran penting dalam menangani berbagai masalah umat dari latar belakang berbeda-beda,” ujarnya.