Diajak PAN Gabung Koalisi Indonesia Bersatu, PKS: Boleh, Tapi Kami Jangan Dikunci
Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al-Habsyi (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al-Habsyi menyebut partainya bersedia menerima ajakan untuk gabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas PAN, Golkar, dan PPP.

Namun, Aboe Bakar menegaskan jika bergabung dalam koalisi, PKS tidak ingin dikekang. Dalam artian, partai berlambang padi dan bulan sabit ini masih ingin bermanuver dalam kontestasi politik serta berhak memilik siapa calon predisiden yang akan diusung.

"Ajakan siapa saja boleh, welcome PKS, tapi tidak boleh dikunci. PKS dilepas bebas. Siapa pun yang ingin bermain, silakan. Mau kejar PKS, Insyallah siap. Tapi, jangan kunci kami. Mengerti maksudnya, ya," kata Aboe Bakar usai acara milad ke-20 PKS di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 29 Mei.

Aboe Bakar menegaskan bahwa PKS berupaya memenangkan Pemilu 2024 dan tak lagi ingin berada pada oposisi pemerintah. Sehingga, PKS akan memilih siapa sosok yang tepat diusung sebagai capresnya.

"Kami akan siapa yang paling layak dan kami sudah tak mau lagi di luar pemerintahan. Kita akan rebut dengan kemenangan. Kita ingin mengusung bukan lagi mendukung," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengajak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas sejak 12 Mei lalu.

Hal ini disampaikan Zulhas saat dalam sambutannya di acara milad ke-20 PKS di Istora Senayan, Jakarta, pada hari ini.

"Kami (PAN), Golkar, dan PPP mencoba membuat Koalisi Indonesia Bersatu, ya. Maksudnya, mudah-mudahan PKS bisa bersama-sama," ungkap Zulhas.

Wakil Ketua MPR RI ini menuturkan bahwa tujuan pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu dilatarbelakangi pengalaman pencalonan presiden pada Pemilu 2019 yang hanya memunculkan dua pasangan calon.

Sementara, koalisi ini menginginkan adanya poros baru yang bisa menghadirkan lebih dari dua capres-cawapres. Sebab, menurut Zulhas, dua paslon membuat suasana demokrasi tidak produktif dan menimbulkan polarisasi di masyarakat.

"Atmosfer kita kita akhir-akhir ini pengap dan tidak produktif. Mungkin salah satu sebabnyan pilpres kemarin itu hanya dua pasang. Karena pilpres cuma dua pasang, masing2 pendukung mati-matian membela kandidatnya dan meniadakan kandidat yang lain," ucap Zulhas.

"Maksudnya, calonnya jangan dua lagi Pilpres besok. Kalau bisa tiga, syukur-syukur bisa lebih, untuk paling tidak mengurangi apa yang kita alami akhir-akhir ini, atmosfer yang pengap dan tidak produktif itu," lanjutnya.