Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada KTT Khusus Asean-Amerika Serikat di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada Kamis, 12 Mei malam, waktu setempat.

Di depan Presiden AS, Joe Biden, Jokowi menyebut bahwa pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga bagi seluruh dunia. Dari pandemi, Jokowi menyadari ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan dunia terhadap pandemi ternyata tidak cukup kuat.

"Akibatnya harga yang harus kita bayar sangatlah mahal. Jutaan orang yang kehilangan nyawanya dan perekonomian dunia pun mengalami keterpurukan," kata Jokowi seperti ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, dikutip Jumat, 13 Mei.

Oleh karena itu, Jokowi menyebut negara-negara harus bekerja sama mengatasi pandemi serta membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat.

Sementara itu, untuk membangun arsitektur kesehatan dan kesiapsiagaan dunia yang lebih kuat, Jokowi menyebut diperlukan adanya akses kesehatan yang inklusif. Seluruh masyarakat tanpa terkecuali harus memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar.

Kemudian, Jokowi memandang perlu adanya akses pembiayaan yang memadai dan memerlukan donor biaya dari negara lain.

"Tidak semua negara memiliki sumber daya untuk memperbaiki infrastruktur kesehatannya. Kita perlu mekanisme pembiayaan kesehatan baru yang melibatkan negara donor dan bank pembiayaan multilateral. Hubungan pembiayaan kesehatan harus dilihat sebagai sebuah investasi dan tanggung jawab bersama mencegah pandemi," urai Jokowi.

Lalu, soal pemberdayaan. Jokowi menekankan kapasitas kolektif harus diupayakan dan kerjasama antar negara menjadi kuncinya. Perlu penguatan kerja sama riset, kerja sama transfer teknologi, dan akses ke bahan mentah

"Tidak boleh ada monopoli rantai pasok industri kesehatan, diversifikasi pusat produksi obat, vaksin, alat diagnostik dan terapeutik harus dilakukan. Dengan kapasitasnya, Indonesia siap menjadi hub produksi dan distribusi vaksin di kawasan," ucapnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga mengingatkan pentingnya percepatan vaksinasi. Percepatan vaksinasi harus dilakukan untuk menjangkau 70 persen penduduk setiap negara untuk mengatasi pandemi.

"Baksin harus secepatnya menjadi vaksinasi. Kolaborasi kita harus menjembatani tantangan vaksinasi mulai dari pembiayaan, logistik, dan sumber daya manusia," tuturnya.