Mampir ke Kampung Pancasila di Madiun, Ganjar Pranowo: Menarik, Ini Cerminan Indonesia
Ganjar Pranowo (Foto via Pemprov Jawa Tengah)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mengunjungi Kampung Pancasila --destinasi wisata religi yang ada musala, gereja, kelenteng, pura dan vihara-- di Desa Bulakrejo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Ganjar menekankan nilai-nilai toleransi umat beragama yang harus dijaga dan dirawat bersama. Seperti yang dicerminkan lewat simbol lima rumah ibadah di dalam kawasan Kampung Pancasila.

Ganjar juga menyebut, perbedaan suku, agama dan ras yang ada membuat persatuan di Indonesia semakin kuat.

"Ini menarik. Satu tempat yang sempat viral karena ada cerminan rumah-rumah ibadah itu ada di sini. Ini kan cerminan Indonesia. Toleransi. Kalau toleransi itu ya seperti ini, yang mesti kita rawat, yang mesti kita jaga," kata Ganjar dalam keterangannya, Minggu 17 April.

"Perbedaan-perbedaan inilah yang membuat kita jadi satu, satu tanah air, Indonesia Raya," lanjut Ganjar.

Dalam kunjungannya, Ganjar didampingi oleh Ali Muslih, selaku keponakan dari almarhum KH Ali Mursyid. KH Ali Mursyid adalah seorang tabib dan pemilik rumah, sekaligus yang mendirikan Kampung Pancasila sejak tahun 1980 secara bertahap.

Lebih lanjut, Ganjar mengaku kagum dan banyak mempelajari semangat dan spirit dari mendiang KH Ali Mursyid, terutama dalam melakukan kebaikan antar sesama umat beragama.

"Dan sesuatu yang tidak punya nilai bisnis, karena ternyata beliau juga punya filsafat bahwa karena kemarin banyak yang kena Covid-19, ini cara menyenangkannya dengan piknik gratis. Jadi ada suasana spirit menebar kebaikan," ungkap Ganjar.

Senada dengan Ganjar, Ali Muslih menyebutkan tujuan didirikannya Kampung Pancasila tidak hanya untuk menjaga kerukunan dan toleransi umat beragama saja.

Lebih dari itu, Kampung Pancasila bisa dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran bagi anak sekolah dalam memahami arti kerukunan dan toleransi, seperti semboyan negara Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.

"Karena membina orang untuk rukun itu sulit. Jadi dengan kita menghadirkan mini negara, katakanlah ini Bhinneka Tunggal Ika semua ada di sini untuk mencerna dengan mudah, kaya anak-anak sekolah kan mudah untuk memahami dengan adanya fasilitas ini," ucapnya.