Bio Farma Jual Vaksin COVID-19 dengan Harga Rp200 Ribu Per Dosis, Setuju?
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, program vaksinasi akan mulai dijalankan tahun depan. Vaksin COVID-19 diperkirakan akan dibanderol Rp200 ribu per dosis.

Angka tersebut meningkat dari perkiraan semula sekitar Rp75 ribu sampai Rp145 ribu. Nantinya, satu orang akan mendapatkan dua dosis vaksin.

"Mereka belum menyebutkan biaya pastinya jadi kami hanya menyiapkan anggaran aproksimasi, masih mungkin berubah. Kami berharap dengan Sinovac didapatkan maksimum Rp200.000 untuk satu dosis," katanya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin, 5 Oktober.

Honesti mengatakan, jika satu orang membutuhkan dua dosis atau dua kali suntikan vaksin, maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp400 ribu.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pemerintah menargetkan vaksinasi kepada 170 juta penduduk Indonesia. Jumlah tersebut merupakan 70 persen dari total penduduk sesuai dengan petunjuk WHO untuk bisa mencapai herd immunity.

"70 persen untuk capai herd immunity. Nilai uangnya kami belum hitung semua," tuturnya.

Hingga saat ini, kata Homesti, Bio Farma juga masih melakukan uji klinis tahap tiga, salah satunya di Bandung, Jawa Barat. Uji klinis vaksin ini rencananya akan selesai pada Januari 2021.

"Kenapa kami melakukan proposal uji klinis ini emang untuk memastikan bahwa vaksin ini efektif, efesien dan higenis. Makanya tidak sekarang sekarang kami melakukan (pembeliam), nanti Januari," ucapnya.

Jika dinyatakan berhasil, kata Honesti, pemerintah akan meminta izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) sehingga program vaksinasi nasional bisa segera dimulai pada Februari 2021.

Honesti mengatakan, BPOM juga telah meminta hasil uji vaksin Sinovac dari negara-negara lain dapat dibuka agar bisa mengukur tingkat keampuhan vaksin tersebut.

"Tidak semata-mata kita beli langsung dipakai, tetapi ada proses untuk melihat bahwa hasil uji klinis yang terjadi di dunia ini bisa dibuka aksesnya. Sehingga BPOM bisa mengevaluasi dan memutuskan bahwa vaksin itu bisa diberikan dalam situasi tertentu untuk kriteria tertentu misalnya nakes yang memang high quality," tuturnya.