Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan meminta agar Puskesmas aktif dalam melakukan deteksi dini kasus suspek COVDI-19. Ini perlu dilakukan untuk mempercepat penemuan kasus baru dalam upaya pencegahan penularan virus lebih luas.

Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan Kementerian Kesehatan Pattiselanno Roberth Johan dalam keterangan pers Kemenkes yang dikutip Antara, Minggu, meminta kepada seluruh Kepala Puskemas berserta tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Kepulauan Selayar untuk dapat mendeteksi pasien yang datang dengan gejala ISPA karena ini merupakan kriteria dari kasus suspek pada COVID-19.

“Pasien-pasien ya datang ke Puskesmas khususnya dengan gejala ISPA, baik pasien baru atau yang sudah sering ke Puskesmas, tetapi baru pertama kali dengan ISPA tentu itu yang harus diwaspadai dan perlu dilakukan screening  untuk bisa memastikan apakah karena COVID-19 atau bukan,” ungkap Pattiselanno Roberth Johan saat memimpin pertemuan Tim Taskforce Kemenkes RI dengan seluruh Kepala Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Sementara itu, Fungsional Teknis EPID Subdit Surveilans Kementerian Kesehatan Vivi Voronika menjelaskan bahwa dari hasil kunjungan Tim Taskforce Kemenkes ke sejumlah Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Selayar ditemukan banyaknya dari pasien dengan gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) yang datang langsung ke Puskesmas namun tidak adanya tindakan atau dilakukannya screening dalam menjaring kasus suspek yang dapat membantu mendeteksi sedini mungkin penemuan kasus COVID-19 di daerah itu.

“Dari data yang kami dapatkan, sebenarnya di sini ini sangat banyak ISPA. Nah, kami menghitung pasien ISPA yang datang ke Puskesmas dari bulan Mei sampai bulan September itu sebanyak 238 orang, tetapi ternyata 10 orang positif yang terjaring melalui pelaku perjalanan dan kontak. Sementara 238 orang lainnya yang datang sendiri ke Puskesmas itu tidak terjaring,” kata dia.

Ia juga meminta kepada setiap Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Selayar untuk bisa menyamakan persepsi dalam meningkatkan deteksi dini khususnya pada pasien yang datang ke Puskesmas dengan gejala ISPA yang bisa juga merupakan kriteria dari kasus suspek dengan cara melakukan pemeriksaan sampel kepada pasien.

“Nah ini yang perlu kita samakan persepsi untuk meningkatkan early detection, deteksi kita untuk COVID-19 ini. Puskesmas bisa lebih aktif untuk mendeteksi di tengah masyarakat dalam mencari kasus gejala–gejala COVID-19 itu, sehingga setelah kita datang ke sini, ke depan adalah pasien yang ISPA datang ke Puskesmas ini dapat menjadi deteksi dini buat kita untuk menjaring pasien-pasien yang diduga atau suspek COVID-19,” tambahnya.