Bagikan:

JAKARTA - Ketua alumni Paramadina Graduate School of Communication (PGSC), Dr. Algooth Putranto prihatin atas kekerasan massa demonstrasi ‘Penolakan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden’ yang merisak dosen Dr. Ade Armando hari ini Senin 11 April.

“Kami menyesalkan tindakan kekerasan yang dilakukan di bulan Ramadan. Selain itu, bagaimanapun Bang Ade adalah dosen. Guru kami. Orang tua kami. Aparat kepolisian harus bertindak tegas mengusut peristiwa ini,” ujar pengajar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid tersebut.

Algooth mengaku terkejut atas peristiwa ini bisa terjadi mengingat Ade Armando yang selama ini mendukung Presiden Joko Widodo, namun belakangan menentang usulan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi.

DR. Algooth Putranto optimis krisis Ukraina dan Rusia segera berakhir. (Foto Ist)
DR. Algooth Putranto prihatin atas musibah yang dialami Ade Armando. (Foto Ist)

“Yang saya tahu, Bang Ade yang biasanya mendukung Jokowi, sebagai seorang ilmuwan dia selalu di depan menentang kejumudan berpikir. Kali ini dia menentang perpanjangan masa jabatan Presiden yang menabrak konstitusi. Bisa jadi Bang Ade sudah diincar pihak tertentu,” ujarnya.

Dia melihat indikasi tersebut dari sekuen peristiwa yang tidak sinkron yakni jika benar ini aksi mahasiswa dan siswa yang murni maka akan sangat aneh mereka bertindak seperti itu. “Mahasiswa dan siswa peserta demo biasanya galak pada penyusup.”

Berikutnya, lanjutnya, tren demo kekinian itu adalah bagian dari lifestyle. Mereka akan tampil cantik dan wangi. Mereka akan mengkomunikasikan kehadiran mereka. Lihat saja aksi demo anti RUU KPK dan anti Omnibus Law.

Kemudian adanya unggahan salah seorang peserta demonstrasi melalui sosial media yang mengabarkan keberadaan Ade Armando di lokasi demonstrasi. “Unggahannya tersebut lalu dihapus. Kalau melihat foto pengunggah rasanya itu mahasiswa S3 alias terlalu tua untuk mengaku sebagai mahasiswa.”

Indikasi berikutnya adalah cepatnya identitas tersangka para penganiaya Ade Armando yang tersebar melalui lini massa sosial media. “Jika melihat profilnya, saya kok tak yakin mereka itu mahasiswa. Mungkin mahasiswa frustasi tidak kunjung lulus.”