DENPASAR - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali menurunkan harga tarif kamar hotel hingga 50 persen di Pulau Dewata.
Hal itu dilakukan untuk memulihkan pariwisata di Bali, terlebih dengan adanya kebijakan bebas visa bagi Negara Asia Tenggara (ASEAN) dan juga menjelang liburan lebaran.
Wakil Ketua Bidang Budaya Lingkungan dan Humas Badan Pengurus Daerah PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan, harga tarif hotel mulai dari bintang tiga hingga bintang lima turun 50 persen. Hal itu juga dilakukan karena adanya perluasan Visa On Arrival (VoA) 43 negara dan juga mempromosikan pariwisata Bali.
"Tarif kamar kita lakukan paket spesial. Jadi spesial harga, akan kita berikan betul-betul agar pariwisata itu pulih. Rata-rata kamar kita memberikan diskon sampai 50 persen dan begitu juga pihak airline memberikan diskon harga yang luar biasa," kata Suryawijaya, saat ditemui di Denpasar, Bali, Jumat, 8 April.
"Itu sudah diberlakukan, karena kita dalam rangka promosi welcome back to Bali. Jadi mereka akan datang ke Bali sehingga bisa mereka cerita lagi bahwa Bali sangat layak dikunjungi, Bali aman, nyaman, dan diberlakukan harga spesial," imbuhnya.
Sementara, untuk perkiraan harga kamar hotel per hari saat ini, untuk bintang lima berkisar Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per hari. Kemudian, untuk bintang empat sekitar Rp2 juta dan bintang tiga dengan harga Rp1,5 juta hingga Rp1 juta per hari.
"Kalau wisatawan domestik tentu bintang 3 dan 4 dan wisatawan mancanegara 4 dan 5 dan juga villa-villa yang memberikan kenyamanan dan keamanan," ujarnya.
BACA JUGA:
Dengan adanya kebijakan tanpa karantina, VoA dan saat ini kebijakan bebas visa bagi negara ASEAN, pariwisata di Bali sudah mulai menggeliat dan ada peningkatan okupansi hotel. Karena, per hari sudah 2 ribu pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang tiba di Bali.
"Sekarang sudah mulai mencapai 2 ribu per hari. Karena ada 10 penerbangan internasional yang langsung ke Bali. Kita lihat banyak wisatawan yang sudah mulai datang dan tingkat hunian hotel sudah bergerak meningkat dan sekarang sudah mencapai 25 persen. Kita harapkan, dalam minggu depan ini April 2022 menjadi 19 airlines yang landing ke Bali," ujarnya.
Dia juga menyebutkan, dengan adanya liburan lebaran akan banyak wisatawan domestik yang datang Bali dan diprediksi okupansi hotel mencapai 40 persen.
"Lebaran, tentu domestiknya akan meningkat. Apalagi tidak adanya PCR dan antigen mereka akan banyak berlibur ke Bali. Pada saat lebaran bisa akan mencapai 40 persen," ujarnya.
Dengan adanya kebijakan VoA, tanpa karantina dan bebas visa bagi negara-negara di ASEAN dan juga para wisatawan mancanegara (wisman) sudah dimudahkan.
Tidak perlu lagi tes PCR saat landing di bandara dan akan mengurangi cost atau biaya mereka dan animo calon wisman yang datang ke Bali semakin meningkat.
"Kita harapkan akan mencapai 40 persen (okupansi hotel) sampai akhir tahun ini dan tahun 2023 kita sudah akan bisa recovery, sehingga percepatan pemulihan pariwisata dan ekonomi Bali itu bisa tercapai di 2023," ujarnya.
"Saat ini kita baru dua ribu. Saya yakin pada saat pertengahan tahun nanti Juli dan Agustus 2022 akan bisa mencapai lima ribu wisatawan mancanegara dan 15 ribu wisatawan domestik yang cukup mengisi okupansi kita 40 persen," ujarnya.