Bagikan:

JAKARTA - Survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan tingkat kepuasan responden terhadap kinerja Presiden Joko Widodo masih tetap tinggi.

"Memang sedikit mengalami penurunan, meskipun secara umum tingkat kepuasan tetap tinggi angkanya," kata peneliti Reza Reinaldi dikutip Antara, Kamis, 7 April.

Menurutnya, dampak dari kenaikan harga sejumlah komoditas berpengaruh pada tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi. Namun, meskipun terkoreksi, angka kepuasan responden terhadap Jokowi tetap di kisaran angka cukup tinggi.

Tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi mencapai 79,3 persen, dimana 6,3 persen di antaranya merasa sangat puas. Angka tersebut turun dari survei sebelumnya pada Januari 2022 yang berada di atas 80 persen.

Sebaliknya, ketidakpuasan responden terhadap Jokowi meningkat menjadi 19,4 persen, dimana 2,3 persen di antaranya merasa tidak puas sama sekali, sedangkan sisanya sebanyak 1,3 persen tidak tahu dan tidak menjawab.

Menurut Reza, menurunnya tingkat kepuasan tersebut harus menjadi peringatan dini bagi Pemerintah untuk mengambil kebijakan yang lebih tepat.

"Dalam kasus minyak goreng, kebijakan Kementerian Perdagangan yang berubah-ubah dan membuat antrean terjadi di mana-mana," tambahnya.

Terlebih lagi hal itu terjadi menjelang bulan Ramadan dan Idul fitri, sehingga pemerintah harus membuat langkah jitu untuk mencegah lonjakan harga-harga yang memicu inflasi.

Dia mengatakan Presiden tampak telah menangkap keresahan publik dan ingin jajaran Kabinet Indonesia Maju segera mengambil langkah prioritas untuk menangani masalah tersebut.

Hal itu ditunjukkan dengan sikap Presiden Jokowi yang meminta semua pihak menghentikan wacana perpanjangan masa jabatan tiga periode dan fokus mengatasi inflasi global, katanya.

Dia menambahkan publik masih menunggu konsistensi Pemerintah dalam memutuskan strategi untuk mengatasi persoalan tersebut. Jika tidak berhasil ditangani dengan baik, maka bisa berdampak pada anjloknya tingkat kepuasan publik, katanya.

Survei indEX Research dilakukan pada 21-30 Maret 2022, dengan melibatkan 1.200 responden yang mewakili semua provinsi dan dipilih secara acak bertingkat. Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.