Bagikan:

JAKARTA - Ratusan warga Honduras berombongan keluar dari negara mereka. Tujuan mereka adalah Amerika Serikat (AS). Mereka ke AS untuk memperbaiki kondisi hidup pasca-terpaan virus corona yang menewaskan lebih dari dua ribu orang dan melumpuhkan ekonomi negara di Amerika Tengah itu.

Para migran Honduras, yang kebanyakan pria dan wanita muda yang membawa ransel dan anak-anak berangkat dari terminal bus di kota sebelah utara, San Pedro Sula menuju perbatasan Guatemala. Kabar itu disampaikan berita televisi lokal, Hoy Mismo, Rabu, 30 September.

"Saya berangkat bersama suami dan dua anak saya. Tidak ada pekerjaan di sini. Tidak ada yang bisa dilakukan, dan kalaupun kita  mendapatkan pekerjaan,  kita hanya akan mendapat empat dolar AS --sekitar Rp59.400-- sehari," kata seorang wanita yang mengaku bernama Cristina, dikutip Kamis, 1 Oktober.

Kelompok warga yang berangkat pada Rabu itu merupakan iring-iringan pertama yang meninggalkan Honduras pada 2020, saat negara itu menderita penurunan ekonomi terburuk dalam sejarah. Kuncitara ketat selama enam bulan penuh membawa dampak yang begitu menghancurkan.

Pada Oktober 2018, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengerahan tentara ke perbatasan AS-Meksiko untuk membendung iring-iringan migran Amerika Tengah yang bergerak ke utara menuju AS. Trump, yang mencela imigrasi tidak sah dalam kampanye kepresidenannya yang sukses pada 2016, mengklaim bahwa tentara diperlukan untuk mengamankan perbatasan AS dari para migran.

Namun, para kritikus mengatakan langkah itu adalah aksi politik menjelang pemilihan kongres AS pada November tahun itu.