Pendingin Tenaga Gas, Solusi Hemat dan Ramah Lingkungan dari Subholding Gas Pertamina
Ruang kontrol alat pendingin berbahan bakar gas yang dikembangkan Subholding Gas PT Pertamina (Persero) melalui afiliasinya, PT Permata Karya Jasa (Perkasa). ANTARA/HO

Bagikan:

JAKARTA - Subholding Gas PT Pertamina (Persero) melalui afiliasinya PT Permata Karya Jasa (Perkasa) mengembangkan alat pendingin tenaga gas bumi sebagai solusi hemat dan ramah lingkungan.

Sinergi dan inovasi dalam Subholding Gas Pertamina Group tersebut sebagai bagian dari upaya meningkatkan value chain gas bumi.

Dalam keterangan Subholding Gas Pertamina di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 6 April disebutkan beberapa target pelanggan alat pendingin tersebut di antaranya hotel, bandara, kantor, mal, rumah sakit, dan pusat data.

Chiller atau pendingin berbahan bakar gas bumi itu dapat membantu penghematan energi sampai 30 persen dibandingkan chiller konvensional dan hemat pemakaian listrik hingga 70 persen.

Direktur Utama Perkasa Adhi Lingga Harymurti menjelaskan chiller dapat digunakan untuk pendingin ruang operasional pabrik maupun kantor.

Beberapa kelebihan alat pendingin ini adalah ramah lingkungan, karena chiller ini menggunakan refrigerant berupa air dan lithium bromide (Libr), bukan freon yang merusak ozon.

"Kelebihan kedua adalah green energy, karena berbahan bakar gas sehingga layak untuk diaplikasikan secara lebih luas di masyarakat. Kelebihan ketiga yaitu dapat juga menggunakan bahan bakar dari panas buang pembangkit (exhaust)," ujar Adhi.

Adhi melanjutkan dengan memanfaatkan panas buang pembangkit, maka akan meningkatkan efisiensi, karena panas yang terbuang bisa mencemari lingkungan. Maka, panas buang tersebut bisa diolah dengan chiller untuk menghasilkan udara dingin.

"Misalnya, gas engine dari sebuah pabrik. Gas engine itu menghasilkan listrik mandiri, selain PT PLN. Dari situ pasti ada gas buangnya yang lebih dari 300 derajat. Itu bisa digunakan untuk energi chiller. Maka, bisa disebut juga dengan absorption chiller atau menyerap panas dari sebuah pembangkit," jelas Adhi.

Selain itu air panas (90-180 °C) dan uap (0-10 bar) dari sebuah pabrik juga dapat digunakan sebagai energi alat pendingin. Dari beberapa sumber energi tersebut dapat menghasilkan banyak output yaitu pendingin (cooling), pemanas (heating), dan air panas.

"Dari satu alat kita bisa menghasilkan tiga output yaitu cooling, heating, dan hot water. Khusus heating tidak dihidupkan di Indonesia, karena khusus untuk negara empat musim. Hot water biasanya digunakan dengan simultan ketika di hotel. Satu alat (chiller) bisa menghasilkan udara dingin untuk ruangan dan hot water untuk shower. Jadi, tidak perlu pakai boiler lagi," papar Adhi.

Chiller ini juga lebih aman, karena bersifat vacuum dan bukan tekanan, sehingga kemungkinan terjadi ledakan sangat rendah.

Terakhir, tambah Adhi, chiller ini telah lulus uji ketahanan gempa sampai skala 9 SR. "Ketika ada gempa, solution yang ada di dalamnya tetap stabil dan tetap bisa berfungsi dengan baik," katanya.