Longsor di Tarakan Kalimantan Utara, 11 Orang Meninggal
Ilustrasi/Pixabay

Bagikan:

JAKARTA - Bencana tanah longsor terjadi di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Sebelas orang warga meninggal dunia.

Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada 7 korban meninggal dunia di Kecamatan Tarakan Utara dan 4 lainnya di Kecamatan Tarakan Tengah. Longsor terjadi pada Senin, 28 September, pukul 01.30 waktu setempat.

"Kemudian, ada 3 warga di Kecamatan Tarakan Utara yang luka-luka akibat tanah longsor hari ini," kata Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya, Senin, 28 September.

Sementara, wilayah terdampak tanah longsor lainnya berada di Kelurahan Juanta Permai, Tarakan Utara, serta dua kelurahan di Tarakan Tengah, yakni Juanta Kerikil dan Selumit Pantai.  

Kejadian ini salah satunya dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi pada Minggu, 27 September di wilayah Tarakan. 

"Selain korban jiwa, bencana ini berdampak pada 19 unit rumah warga," sebut dia.

Raditya melanjutkan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD melakukan upaya penanganan darurat, seperti evakuasi warga dan kaji cepat, serta berkoordinasi dengan instansi terkait.  

Raditya menyebut, masih ada beberapa daerah yang akan mengalami cuaca ekstrem selama musim pancaroba. Bencana yang patut diwaspadai adalah potensi bencana hidrometeorologi.

"Terkait dengan cuaca ekstrem ini, masyarakat diimbau untuk waspada dan siap siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, atau puting beliung," ujarnya.

Melihat peringatan dini cuaca per 28 September, akan ada potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir, serta angin kencang di beberapa wilayah.

Wilayah tersebut adalah Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Wilayah yang berpotensi hujan dan dapat diikuti kilat atau petir serta angin kencang yaitu Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung dan Jawa Barat. 

"Masyarakat di wilayah-wilayah tersebut dan berlokasi dekat dengan sungai-sungai baik di bagian hulu hingga hilir serta wilayah berpotensi banjir untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan," tutur Raditya.

Selain itu, kata dia, pemukiman yang berdekatan dengan tebing atau di wilayah perbukitan diharapkan dapat memantau kondisi lingkungan sekitar.

"Langkah pencegahan dini dibutuhkan untuk mengantipasi dampak longsor yang dapat dipicu oleh curah hujan tinggi mapun struktur tanah yang labil," imbuhnya.