Bagikan:

BOGOR - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat mengungkapkan saat ini semakin kekurangan pasokan minyak goreng baik curah maupun kemasan sepekan jelang Ramadan. Perlu koordinasi dengan pemerintah pusat mengatasi soal ini.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian Kota Bogor, Mohamad Soleh menyampaikan selain kekurangan pasokan, harga minyak goreng naik signifikan.

"Kami terus pantau pasar dan akan koordinasi dengan pihak terkait," katanya di Kota Bogor, Antara, Senin, 28 Maret. Soleh menuturkan hasil pantauan di dua pasar, yakni Pasar Baru Bogor dan Pasar Kebon kembang Blok C dan D rata-rata pedagang menjual minyak goreng pada harga Rp18.000 sampai Rp20.000.

Harga dari agen pun minyak goreng curah mengalami kenaikan sebesar 13 persen atau naik Rp2.000 dari harga Rp16.000 menjadi Rp18.000. Sementara, kata Soleh, pedagang tetap sulit mendapatkan stok, karena terbatas dan sering kali tidak kebagian stok di Agen Toko Makmur Pasar Anyar dan Toko Kota Jaya.

Kondisi itu menyebabkan kekosongan stok bagi masyarakat umum yang ingin berbelanja di Pasar tradisional. Sebab, pedagang hanya diberi stok per 1 dirigen dengan kapasitas 16 kilogram per pembelian setiap hari.

Sementara, minyak goreng kemasan juga mengalami kenaikan lebih tinggi sebesar 14 persen atau naik Rp3.000 dari harga Rp22.000 menjadi Rp25.000. Stok yang tersedia pun terbatas antara lain merek Resto.

"Jadi rata-rata stok minyak curah kosong di pedagang, karena hanya 16 kilogram dijatah. Stok minyak kemasan juga sangat terbatas cenderung kosong," kata Soleh.

Dia memastikan, pihaknya akan selalu mengecek harga dan stok minyak goreng untuk memastikan ketersediaan minyak goreng di pasar.

"Situasi dan suasana di dalam pasar cukup ramai, dan akan terus dipantau sampai dengan H-1 menjelang Ramadhan atau pada hari Jumat tanggal 1 April 2022," ujarnya.

Pantauan Antara di dua pasar pada hari ini, yakni Pasar Baru Bogor dan Pasar Anyar semua pedagang kompak mengatakan bahwa stok minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan tidak tersedia untuk pembeli dari kalangan masyarakat umum.

Dengan jatah minyak goreng curah sebanyak 16 kilogram per hari, belum cukup untuk memenuhi langgananan mereka. Salah satu pedagang kelontong di Pasar Baru Bogor Wati menuturkan, setiap kali ada yang bertanya mengenai minyak goreng pasti ia jawab tidak ada.

Hal itu karena, minyak goreng yang dimilikinya persediaan untuk langganan setia tokonya. Dari harga Rp16.000 per kilogram ia jual kembali kepada masyarakat dengan harga Rp19.000 per kilogram.

Stok minyak curah itu pun tidak nampak di tokonya. Sementara untuk minyak goreng kemasan juga tidak nampak dia stok beberapa waktu ini.

"Ada tapi tidak saya pajang, untuk langganan masih kurang. Yang kemasan sama sekali tidak ada," katanya.

Pedagang lain di Pasar yang sama, Ani mengatakan baik minyak goreng curah maupun kemasan sedang tidak ada stok menjelang Ramadhan ini, karena terbatas dari agen.

"Tidak ada, curah atau kemasan. Kalau pun ada yang kemasan merek Fortuner kemarin, harga Rp47.000 sekarang tidak ada stoknya," kata dia.

Begitu pun Tio pedagang kelontong di Pasar Anyar menyatakan tidak bisa menjual bebas minyak goreng, karena stok terbatas. Setiap kali datang sebanyak 16 kilogram langsung didatangi para pelanggannya.

"Habis sudah, tiap hari kurang. Kosong pasti dalam beberapa jam juga," katanya.

Pemilik agen minyak goreng di Toko Makmur Acun saat dihubungi juga menyampaikan saat ini setiap hari ia mendapatkan jatah 320 jeriken minyak goreng curah berisi 16 kilogram per jeriken yang dikirim dalam dua mobil.

"Satu jeriken dihargai 256.000 kita jual," ujarnya.

Sementara, stok minyak goreng kemasan pun hanya kebagian merek Sania dengan ukuran 2 liter yang dijual per dus isi enam kemasan seharga Rp276.000 kepada pedagang dengan stok per hari kurang dari 800 dus.