JAKARTA - Penyelamatan 270 paus pilot yang terdampar di Pulau Tasmania, Australia berlanjut. Terakhir, Selasa, 22 September, para sukarelawan berhasil menyelamatkan sekitar 25 paus.
Lebih dari 60 orang terlibat dalam penyelamatan. Mereka terdiri dari nelayan dan warga setempat yang melengkapi diri dengan pakaian selam. Dalam upaya penyelamatan, mereka masuk ke dalam air bersuhu dingin untuk menggiring paus dan mendampinginya kembali ke lautan.
“Kami menetapkan metode di mana kami menempatkan alat bantu di bawah ikan paus, yang akan dipasang pada perahu. Dan kami juga memiliki tim penyelamat yang bersiap menggiring paus di air,” kata Manajer Regional Layanan Taman dan Margasatwa Tasmania, Nic Deka, dikutip Reuters.
Ahli biologi satwa liar, Kris Carlyon mengungkap upaya penyelamatan akan memudahkan perhitungan berapa banyak paus yang telah mati. Tetapi, dirinya tetap berharap tim penyelamat dapat meminimalisir paus yang mati.
Whale rescuers are working in shifts at #macquarieharbour. Some drove up from Hobart at dawn this morning. To help keep them warm there’s a genny heating up boiling water for a coffee on shore. #pilotwhale pic.twitter.com/Bx9HKDzmkh
— Imogen Elliott (@Elliott_IAE) September 22, 2020
“Kami berurusan dengan hewan besar yang tertekan selama beberapa hari pada satu waktu. Terkadang hal itu menimbulkan beban emosional. Ini adalah peristiwa alam sehingga kami dapat menerima bahwa kami akan kehilangan beberapa hewan. Kami berfokus untuk memiliki sebanyak mungkin orang yang selamat," kata Carlyon.
Atas kejadian tersebut, para ilmuwan masih mencari tahu alasan di balik ratusan paus terdampar. Apalagi, peristiwa paus terdampar sering kali terjadi di Tasmania. Ambil contoh kala peristiwa itu menimpa paus bungkuk di utara Australia.
BACA JUGA:
Upaya penyelamatan memakan waktu hingga dua minggu. Dalam laporan lembaga penyiaran publik Australia, ABC, paus bungkuk itu harus menghabiskan 17 hari di perairan tawar Taman Nasional Kakadu yang dipenuhi buaya.
Kini paus bungkuk tersebut telah mengarungi laut lepas di Darwin. Sebelumnya, para ilmuwan sempat mempertimbangkan opsi untuk memandu paus bungkuk itu ke tempat yang aman, setelah dia menjadi paus pertama yang diketahui melakukan perjalanan ke sungai berlumpur. Beruntung, paus tersebut telah kembali dengan sendirinya ke lautan.