Bagikan:

JAKARTA - Gempa di barat daya Bayah, Banten, yang semula berkekuatan magnitudo (M) 5,2 dimuthakirkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi M 5,1.

Gempa itu terjadi Sabtu, 12 Maret, pukul 12.31 WIB. Titik gempa di laut pada jarak 28 kilometer arah selatan Cihara, Kabupaten Lebak dengan kedalaman 10 kilometer.

"Gempa selatan Lebak ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di dasar laut," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Sabtu 12 Maret.

Daryono menjelaskan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan geser mengiri (sinistral strike-slip).

Jika mencermati mekanisme sumber gempa Lebak yang dipicu sesar geser mengiri (sinistral strike-slip), lanjut dia, maka ada dugaan pembangkit gempa tersebut merupakan kemenerusan Sesar Cimandiri di laut dengan karakteristik mekanisme geser mengiri juga.

Meski gempa berkedalaman dangkal dan berpusat di laut, hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudo relatif kecil sehingga deformasi yang terjadi belum mampu mengganggu kolom air laut.

Gempa itu dirasakan di Malingping, Cinangka, Bayah, Pelabuhan Ratu dalam skala intensitas III-IV MMI. Di Kota Lebak, Panggarangan, Labuan dirasakan dalam skala intensitas III MMI.

Di Munjul, Tanara, Anyer, Cianjur, Kota Sukabumi, gempa dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI, sedangkan di Kota Serang, Tangerang, Serpong, Jakarta guncangan juga dirasakan dalam skala intensitas II MMI.

BMKG melaporkan belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa berkekuatan M5,1 tersebut.

Hingga pukul 13.25 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi enam gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo 2,9 hingga 4,4.