JAKARTA - Berdasarkan survei konsumen yang dilakukan Indonesia Property Watch di awal September 2020, minat masyarakat untuk membeli properti masih cukup tinggi. Survei ini paling tidak diharapkan dapat memetakan perubahan perilaku yang ada di pasar properti saat pandemi COVID-19 berlangsung.
Hasil survei memerlihatkan tidak terdapat perubahan yang signifikan. Bahkan pasar properti tidak secara drastis kehilangan daya beli meskipun berbeda dengan realita bahwa pertumbuhan ekonomi secara nasional terus mengalami konstraksi.
Sifat anomali pasar properti tergambar dari masih besarnya minat masyarakat untuk membeli properti saat ini, di mana sebesar 68,09 persen masih berminat untuk membeli properti saat ini meskipun pandemi masih berlangsung.
Dilihat dari preferensi konsumen dalam memilih properti, sebagian besar responden atau sebesar 28,46 persen menyatakan lebih melihat dari berapa harga unit yang ditawarkan, selanjutnya brand pengembang menjadi pertimbangan sebesar 16,21 persen, diikuti kedekatan dengan fasilitas umum sebesar 15,42 persen.
Faktor luas tanah dan luas bangunan ternyata tidak terlalu memengaruhi pengambilan keputusan konsumen, selama harga unit yang ditawarkan sesuai.
Rentang harga yang diminati sebagian besar masih di segmen menengah berkisar antara Rp500 juta sampai Rp1 miliaran sebesar 29,79 persen, diikuti Rp300-500 juta sebesar 28,72 persen, Rp1 miliar–3 miliar sebesar 23,40 persen, dan di bawah Rp300 juta sebesar 10,64 persen.
Sedangkan di segmen menengah atas dengan harga di atas Rp3 miliar masih menyimpan potensi permintaan sebesar 7,45 persen.
Meskipun demikian keputusan untuk membeli properti terbilang relatif masih penuh ketidakpastian. Responden yang akan merealisasikan pembelian properti dalam jangka waktu di bawah 6 bulan sebesar 11,7 persen, 6 bulan sampai 1 tahun sebesar 10,64 persen, dan selebihnya memilih untuk membeli properti lebih dari 1 tahun bahkan belum ada rencana kapan akan memutuskan untuk membeli properti.
BACA JUGA:
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pengambilan keputusan membeli saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor harga yang dipercaya lebih murah dibandingkan sebelumnya. Sebesar 34,45 persen responden memilih faktor harga yang lebih murah sebagai pertimbangan utama dalam membeli properti saat ini. Selain itu cara pembayaran yang fleksibel dan promo menarik dari pengembang menjadi faktor penting berikutnya.
Motif pembelian properti saat ini pun beragam, sebagian besar responden atau sebesar 42,55 persen melihat saat ini saat yang tetap untuk membeli properti untuk disimpan dalam jangka panjang (investor jangka panjang).
Sedangkan sebesar 22,34 persen membeli properti untuk segera dihuni (end user). Hal menarik juga ternyata banyak juga pembeli yang membeli properti untuk segera dijual lagi jika harga naik nantinya (investor jangka pendek/spekulator), sebesar 18,09 persen. Selain itu motif properti sebagai tabungan untuk anak-anak mewakili sebesar 10,64 persen.
Selebihnya membeli properti untuk koleksi, ikut-ikutan, dan lainnya. Hasil tersebut sekaligus menggambarkan selain properti masih menjadi primadona untuk investasi jangka panjang, ternyata pembeli end user pun masih cukup besar. Beberapa faktor di atas harus menjadi perhatian para pengembang agar dapat memengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen saat ini.