Bagikan:

JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengaku infomasi awal atau prakiraan yang dikeluarkan pihaknya mengenai potensi banjir belum termanfaatkan dengan baik. Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Harry Tirto Djatmiko membenarkan hal tersebut.

BMKG juga telah memberikan informasi langsung kepada masyarakat melalui aplikasi dan media sosial terkait dengan peringatan dini. Tak hanya itu, peringatan juga diberikan kepada instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dan pemerintah daerah berupa early warning system. Hal ini dilakukan, dengan harapan banjir dapat diantisipasi.

"BMKG memiliki informasi yang sedemikian bagusnya, tapi tidak termanfaatkan dengan baik," tuturnya, saat ditemui di Kawasan Bidara Cina, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Sabtu, 4 Januari.

Harry menjelaskan, BMKG terus memberikan peringatan dini secara rutin dalam kurun waktu sehari dan tiga hari sekali. Terkait dengan fenomena alam hujan ekstrem yang berpotensi banjir pada malam penghujung tahun 2019 hingga awal 2020, BMKG sudah memberikan peringatan jauh sebelumnya, yakni sejak 27 Desember 2019.

BMKG juga memberikan informasi pesan berantai di grup whatsapp, maupun SMS. Pesan itu disampaikan kepada stakeholder pemerintah. Saat itu informasi yang disampaikan adalah dominasi hujan dengan intensitas sedang, lebat hingga sangat lebat.

"Ini yang perlu diketahui masyarakat. Kata kuncinya, kalau BMKG sudah keluarkan peringatan dini yang tiga jam itu lebih dari empat kali, dan hujan turun lebih dari tiga jam bahkan sampai lima jam. Maka kewaspadaan ditingkatkan menjadi kesiagaan," jelasnya.

Di sisi lain, Harry mengaku tidak mengetahui apakah informasi yang di keluarkan pihaknya ditindaklanjuti oleh Pemprov DKI Jakarta dan sekitarnya atau tidak. Namun, yang jelas informasi peringatan dini sudah disampaikan dari tanggal 28 hingga 31 Desember 2019.

Pusat Pengendalian Operasi BNPB Bambang Surya Putra menjelaskan, informasi peringatan dini yang diterima dari BMKG, langsung diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jajaran BNPB lainnya, dan institusi. BNPB juga sudah mengunjungi BPBD DKI Jakarta dan meminta digelar apel siaga menyongsong cuaca ekstrem pada tanggal 27 Desember 2019.

"Namun mungkin baru direncanakan, tiba-tiba memang curah hujannya sudah demikian tinggi sekali," tuturnya.

Bambang mencontohkan, khusus daerah besar seperti Jakarta, Bogor seharusnya ada sirine penanda banjir yang terletak di sekitar sungai. Sirine itu mestinya berbunyi jika ketinggian air sudah di atas rata-rata atau banjir datang. Jika sirine berbunyi, maka masyarakat harus mulai dievakuasi.

Namun, ia mengaku, belum menanyai masyarakat apakah mereka mendengar sirine-sirine tersebut berbunyi saat banjir 1 Januari lalu. Bambang juga mengakui early warning system belum sesuai harapan.

"Warning itu seharusnya diterima sampai orang per orang artinya semua orang berhak dapat informasi itu. Tapi kalau kami liat kondisi seperti ini artinya agak jauh dari harapan," katanya.

Menurut Bambang, khusus di Jakarta mengenai peringatan dini sudah pesan berupa SMS dan sirine. "Tapi saya enggak begitu paham, apakah saat itu sirine (peringatan) berbunyi," jelasnya.

Pemprov DKI Klaim Tidak Telat Keluarkan Peringatan Dini Banjir

Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, Dudi Gardesi Asikin membantah jika pemerintah daerah telat memberikan peringatan dini banjir pada 1 Januari. Ia menjelaskan, bahwa banjir kali ini bersumber dari hujan lokal di Jakarta sehingga genangan air muncul secara cepat.

"Kondisi banjir yang terjadi di tahun baru itu memang early warning kami tidak termasuk dalam kategori telat. Karena hujannya lokal, kami ada warning" tuturnya.

Peringatan dini banjir yang akan diberikan ke masyarakat 9 hingga 12 jam sebelumnya, itu biasa terjadi apabila melihat kondisi di Bendungan Katulampa, Bogor sudah masuk siaga satu. Dalam kondisi itu, petugas akan langsung mengevakuasi warga di bantaran sungai Ciliwung. Namun, pada banjir kali ini, hujan deras terjadi secara lokal di wilayah Jakarta dengan rata-rata 270 mm.

"Bila hujannya lebat dan lokal seperti itu pengalaman pertama baru kami," ucapnya.

Kondisi memang diperparah dengan hujan lebat yang terjadi beberapa hari sebelumnya. Menurut pengakuan Dudi, Pemprov DKI belum selesai melakukan pengeringan, kemudian sudah ditambah oleh hujan lebat pada awal tahun.

"Jadi kondisi saluran kita masih penuh, belum sempat kita kosongkan karena banyak daerah yang tergenang," jelasnya.

Ketika hujan lebat dengan durasi panjang sejak sore hingga pagi hari pada malam pergantian tahun itu membuat banjir tak terhindarkan. Pada tanggal 31 Desember, bukan lagi ranting-ranting yang terbawa dan menyumbat saluran, tetapi puing rumah-rumah warga yang tinggal di bibir Sungai Ciliwung. Dudi membantah jika Pemprov DKI gagap menghadapi banjir lokal seperti ini.

"Enggak gagap bencana. Ini memang luar biasa kejadiannya. Saya bukan expert mengenai periode hujan yang datang saat ini. Tapi menurut staf saya yang menghitung curah hujan memang ekstrem," tuturnya.