Partai Gelora: Krisis Ukraina Jangan Dijadikan Ide Tunda Pemilu 2024
Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/16 (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Gelora Indonesia Mahfuz Sidik meminta pihak tertentu tidak menjadikan krisis Ukraina sebagai ide dengan mengaitkannya sebagai salah satu faktor untuk menunda Pemilu 2024.

“Saya mengkhawatirkan krisis Ukraina jangan-jangan nanti turunannya akan dipakai untuk melakukan justifikasi terhadap ide-ide liar, menjadi lelucon-lelucon politik baru. Ada pendapat yang mencoba mengkaitkan konflik Rusia-Ukraina sebagai salah satu faktor untuk menunda Pemilu Tahun 2024," kata Mahfuz dalam keterangannya di Jakarta, dilansir Antara, Minggu, 27 Februari.

Menurut dia, pikiran-pikiran tersebut semakin irasional dan tidak mendidik publik. Dia menyadari bahwa konflik Rusia-Ukraina akan berlangsung panjang dan memicu kenaikan harga komoditas. khususnya energi seperti minyak mentah dan gas dunia.

"Namun ya jangan dijadikan alasan tambahan untuk penundaan Pemilu 2024. Jadi kelihatannya akan banyak pikiran-pikiran baru yang semakin irasional dan ini tidak mendidik publik, harusnya dalam situasi krisis saat ini, kita harus mengedepankan rasionalitas," ujarnya.

Mahfuz menilai konflik Rusia-Ukraina merupakan perang supremasi antar kekuatan global, setelah kegagalan barat dalam menekan China dalam krisis pandemi COVID-19.

Menurut dia, Rusia masih melihat ada ancaman dari tiga negara tetangga di sekitarnya yang dinilai pro barat yaitu Latvia, Lithuania dan Estonia. Karena itu dia menilai setelah Ukraina selesai, bisa saja tiga negara tersebut dianeksasi Rusia.

"Kalau kita lihat, ketika Amerika Serikat menarik pasukan dari Afghanistan, itu bukan ditarik pulang, tapi direlokasi ke Asia Tengah. Bisa saja digunakan untuk kepentingannya di kawasan Rusia, karena secara geopolitik dan geostrategis, Rusia merupakan pintu masuk wilayah barat dan wilayah timur,” katanya.

Mahfuz menilai Rusia tidak akan tunduk pada tekanan barat, meskipun diberikan sanksi ekonomi. Menurut dia, sanksi tersebut justru bisa memicu kenaikan harga minyak dan gas dunia, yang imbasnya juga akan dirasakan Indonesia.

"Jadi memang ada permainan pertarungan antara kekuatan-kekuatan global yang coba bertarung dari sisi supremasi, setelah pandemi tidak memberikan dampak sistematik kepada China,” ujarnya.

Dia menilai konflik tersebut tanpa disadari telah memicu resesi ekonomi dan inflasi secara global dan juga akan terjadi di Indonesia serta akan menambah tekanan persoalan-persoalan ekonomi di tanah air.

Dia khawatir ketika ada orang membaca situasi global seperti itu lalu dikaitkan dengan situasi ekonomi Indonesia yang juga sedang tidak bagus.

“Mereka akan mengambil keuntungan pragmatis dengan membiarkan negara tidak punya solusi sistemik untuk mengatasi situasi krisis ini," katanya.

Mahfuz menilai demi kepentingan politiknya, orang-orang tersebut sengaja membiarkan ekonomi bertambah buruk dan susah, serta harga-harga kebutuhan pokok akan semakin melambung tinggi.

Hal itu menurut dia tentu akan menjadi pembenaran bahwa negara tidak perlu membiayai pelaksanaan Pemilu 2024 yang membutuhkan anggaran sekitar Rp100-150 triliun, sehingga bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain yang bersentuhan dengan masyarakat langsung.

"Kira-kira cara berpikir mereka, daripada kita mengeluarkan uang Rp100-150 triliun untuk membiayai Pemilu, lebih baik digunakan untuk yang lain karena Pilkada saja bisa kita undur dan diganti dengan Plt. Mudah-mudahan ini hanya 'suudzon' saya, tapi bisa saja lompatan-lompatan berpikir semacam itu terjadi,” ujarnya.

Dia mengaku tidak setuju dengan pikiran-pikiran penundaan pemilu diinisiasi ke publik, karena membodohi masyarakat karena negara seolah-olah tidak punya ide untuk menyelesaikan ancaman tekanan ekonomi.

Menurut dia, situasi pandemi memang menjadi krisis ekonomi yang juga dialami semua negara sehingga tidak perlu dikaitkan dengan krisis Ukraina.

"Pandemi sudah menciptakan kasus minyak goreng, bagaimana reaksi ibu-ibu ketika antri, mereka tidak lagi menyalakan produsen namun menyalahkan negara dan pemerintah,” katanya.

Mahfuz meminta agar orang-orang yang memunculkan ide penundaan pemilu bisa ikut memberikan solusi untuk mengatasi tekanan ekonomi saat ini, bukan sebaliknya melakukan lompatan-lompatan berpikir yang tidak logis dan tidak rasional.

Terkait