Sudin Kesehatan Sebut Balita di Jaktim Hanya Alami Gizi Kurang, Bukan Gizi Buruk
Petugas PMI melakukan pemeriksaan gizi anak/ Foto: Rizky Sulistio/ VOI

Bagikan:

JAKARTA - Kasudin Kesehatan Jakarta Timur, Indra Setiawan, membantah bahwa wilayah Jakarta Timur menjadi rangking utama penderita gizi buruk. Menurutnya, balita di Jakarta Timur hanya mengalami gizi kurang, bukan gizi buruk.

Berdasarkan laporan EPPGBM Kemenkes bulan Agustus 2020, lanjut Indra, jumlah keseluruhan balita gizi kurang di wilayah Jakarta Timur adalah 687 anak, dan gizi buruk berjumlah 172 anak.

Indra menjelaskan, gizi buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua punggung kaki. Berat badan menurut panjang badan, atau berat badan, dibanding tinggi badan kurang dari - 3 standar deviasi atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5 sentimeter pada anak usia 6-59 bulan.

Lebih lanjut dikatakan Indra, WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat menyebabkan gizi buruk. Sebagian besar berhubungan dengan pola makan yang buruk dan infeksi berat.

Menurut Indra, gizi buruk atau kwashiorkor disebabkan karena anak tidak memperoleh makanan dengan kandungan energi dan protein yang cukup. Hal ini sering dikaitkan dengan tingkat perekonomian yang rendah.

"Pada tingkat kelurahan dan kecamatan, apabila terdapat kasus gizi buruk maka petugas puskesmas akan melakukan skrining pengukuran status gizi, konsultasi gizi, pemberian susu atau makanan formula sesuai standar tatalaksana gizi buruk dan dilakukan pemantauan berkala," katanya kepada wartawan, Selasa 15 Februari.

Sementara terkait penanganan balita gizi kurang, petugas puskesmas juga melakukan edukasi dengan cara konsultasi gizi serta pemberian makanan tambahan dan dilakukan pemantauan.

"Apabila pada balita yang mengalami masalah gizi maka akan dirujuk ke fasilitas kesehatan sesuai dengan diagnosa penyakit yang ditemukan," ujarnya.