JAKARTA - Rusia dapat menginvasi Ukraina dalam beberapa hari atau minggu tetapi masih dapat memilih jalur diplomatik, kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Hari Minggu.
"Kami berada di jendela. Setiap hari sekarang, Rusia dapat mengambil tindakan militer terhadap Ukraina, atau mungkin beberapa minggu dari sekarang, atau Rusia dapat memilih untuk mengambil jalur diplomatik sebagai gantinya," kata Sullivan kepada prorgam 'Fox News Sunday' seperti melansir Reuters 7 Februari.
Sullivan membuat komentar dalam wawancara televisi setelah dua pejabat AS pada Hari Sabtu mengatakan, Rusia memiliki sekitar 70 persen dari kekuatan tempur yang diyakini akan dibutuhkan untuk invasi skala penuh ke Ukraina.
Setiap tindakan Rusia yang mungkin dapat mencakup pencaplokan wilayah Donbass Ukraina, di mana separatis yang didukung Rusia memisahkan diri dari kendali pemerintah Ukraina pada tahun 2014, serangan siber atau invasi skala penuh ke Ukraina, Sullivan menambahkan, mengatakan Rusia dapat bertindak sesegera mungkin pada Senin juga menjadi minggu.
"Kami percaya ada kemungkinan yang sangat jelas bahwa Vladimir Putin akan memerintahkan serangan ke Ukraina," ujarnya kepada program "This Week" ABC.
"Itu bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Itu bisa terjadi besok, atau bisa memakan waktu beberapa minggu lagi. Dia telah menempatkan dirinya dalam posisi dengan penempatan militer untuk dapat bertindak agresif terhadap Ukraina kapan saja sekarang," Sullivan menambahkan.
BACA JUGA:
Ketika Rusia mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan, Moskow mengatakan tidak merencanakan invasi tetapi dapat mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan, jika tuntutan keamanannya tidak dipenuhi.
Itu termasuk janji, NATO tidak akan pernah mengakui Ukraina, permintaan yang oleh Amerika Serikat dan NATO disebut tidak dapat diterima.
Sementara itu, ditanya apakah invasi Rusia mungkin terjadi, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara: "Kami masih bekerja untuk mencegah Rusia membuat pilihan yang salah dalam memilih konfrontasi."