TIMIKA - Wakil Bupati Mimika, Papua Johannes Rettob menyebut warga korban banjir rob di Atuka dan Amar kini sangat membutuhkan bahan bangunan seperti kayu, papan, seng, tripleks, paku dan lainnya untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak.
"Bantuan atau sumbangan dalam bentuk bahan kebutuhan pokok mungkin sudah cukup banyak. Yang sekarang sangat dibutuhkan oleh warga di sana yaitu sumbangan dalam bentuk material untuk pembangunan jembatan dan rumah baik berupa kayu, papan, seng, tripleks, paku dan lainnya," kata Wabup John saat dihubungi di Timika, dilansir Antara, Kamis, 2 Februari.
Ia mengapresiasi keterlibatan dan kepedulian berbagai pihak untuk membantu meringankan penderitaan warga Atuka dan Amar yang perkampungan mereka diterjang banjir disertai ombak tinggi dan angin kencang pada awal Januari lalu.
Dua pekan lalu Wabup John bersama sejumlah komunitas mengunjungi masyarakat Atuka, salah satu lokasi yang mengami kerusakan parah akibat banjir rob pada awal Januari lalu.
Wabup John yang lahir dan besar di Kampung Ipaya, salah satu kampung di wilayah pesisir Mimika mengatakan situasi banjir rob atau air pasang sudah menjadi hal biasa bagi warga yang tinggal di kampung-kampung pesisir Mimika.
Apalagi rata-rata kampung-kampung itu berada di delta yang diapit kiri dan kanan oleh sungai-sungai lebar dan berjarak tidak terlalu jauh bahkan ada yang persis berada di bibir pantai menghadap Laut Arafura.
Meski begitu, katarya, banjir rob dan kondisi cuaca ekstrim pada awal tahun ini terbilang kejadian luar biasa.
"Dalam dua bulan terakhir sejak Desember sampai Januari ini ada beberapa korban kecelakaan di laut dan sungai, ada yang sampai sekarang belum ditemukan. Warga yang tinggal di pesisir juga tidak bisa pergi mencari ikan di laut karena angin kencang dan ombak yang tinggi," ujarnya.
Akibat terjangan banjir rob disertai ombak tinggi dan angin kencang pada awal Januari lalu, beberapa rumah di Amar hilang tersapu arus banjir dan beberapa rumah rusak berat.
BACA JUGA:
Kondisi tak jauh berbeda dialami warga di Atuka.
Perahu-perahu milik warga baik dari bahan fiber maupun kayu, satu-satunya sarana yang biasa digunakan untuk mencari ikan, udang, kepiting di laut dan sungai banyak yang rusak dan hancur.
Perubahan iklim yang sangat ekstrim dirasakan oleh warga di pesisir Mimika itu, kata Wabup, menuntut warga harus tetap berwaspada.
Pasalnya, berdasarkan ramalan cuaca, kawasan pesisir Mimika pada bulan Juni juga berpotensi mengalami banjir rob dengan ketinggian tabel air pasang mencapai 40.
"Bulan Juni itu biasanya puncak musim hujan di Mimika, juga puncak angin kencang. Banjir rob biasanya setiap tahun hanya terjadi di Desember. Tapi kalau benar nanti di bulan Juni terjadi lagi banjir rob besar, ini yang perlu diantisipasi dari sekarang," ujarnya.