Kurangi Sampah Plastik di Indonesia, Luhut Gandeng Australia
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) semakin serius mengembangkan energi terbarukan untuk mendukung industri hijau yang bernilai tambah. Langkah ini diwujudkan dengan adanya dua penandatanganan kerja sama dengan Australia.

Penandatanganan yang dilakukan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yaitu deed of agreement dengan Fortescue Future Industries Australia mengenai industri hijau dan letter of agreement tentang pengurangan sampah plastik laut di Indonesia dengan Minderoo Foundation Australia.

Luhut mengatakan, penandatanganan kerja sama ini memberikan kepercayaan kedua belah pihak untuk maju dan mengimplementasikan aspirasi untuk pembangunan berkelanjutan yang menggabungkan pembangunan ekonomi, kemajuan sosial, dan perlindungan lingkungan.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, langkah ini memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menyatukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama dalam memerangi pandemi COVID-19.

Menurut Luhut, perjanjian ini menunjukkan hubungan strategis antara kedua negara. Ia percaya kerja sama yang dilakukan bakal berjalan dengan baik.

"Sebagai dua negara dengan potensi mineral dan energi terbarukan yang cukup besar, Indonesia dan Australia dapat berkolaborasi dan menjadi pemain kunci energi terbarukan dan industri hijau di kancah global," katanya, usai penandatanganan kerja sama yang disiarkan secara virtual, Jumat, 4 September.

Selain itu, Luhut menegaskan kolaborasi antara Indonesia dan Australia juga berdampak positif kepada perekonomian yang terdampak pandemi COVID-19. Menurut dia, kolaborasi menjadi penting dalam masa yang penuh tantangan ini. Sebab, dengan kerja sama Indonesia dan Australia masih memiliki masa depan yang lebih cerah.

"Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan sektor ekonomi hijau dalam rangka memberikan nilai tambah dan melaksanakan kebijakan investasi yaitu sebagai alat untuk pembangunan ekonomi, menggunakan teknologi terbaik yang tersedia, memberikan pelatihan dan transfer teknologi, serta menghormati lingkungan dan menjamin hak-hak masyarakat untuk perkembangan sosial," ucapnya.

Luhut mengatakan, pemilik Fortescue Future Industries, Andrew Forrest akan menggelontorkan puluhan miliar dolar dalam mendanai proyek pengembangan energi hijau ini. Namun, dia enggan menyebutkan angka pastinya berapa.

"Investasi untuk pembangkit listrik, tidak termasuk infrastruktur tambahan, akan menelan biaya sekitar puluhan miliar dolar. Investasi yang sangat besar ini seharusnya memberikan dampak positif bagi Indonesia," tuturnya.

Usai penandatanganan ini dilakukan, Luhut mengatakan, akan membentuk sebuah satuan tugas terdiri dari perwakilan pemerintah dan perusahaan Forrest. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pelaksanaan investasi.

"Satuan tugas terdiri dari semua pemangku kepentingan utama dari kedua belah pihak yang akan diminta untuk melaksanakan pelaksanaan investasi secepat mungkin," tuturnya.