Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengeklaim bahwa program Bulan Cinta Laut (BCL) yang sudah dijalankan selama dua tahun terakhir ini berhasil membantu Indonesia mengurangi sampah plastik di laut.

Pasalnya, setelah ada program tersebut, posisi RI sebagai negara dengan jumlah sampah terbesar kedua di dunia kini berhasil turun menjadi peringkat kelima.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP Kusdiantoro dalam konferensi pers terkait Kinerja KKP Semester I-2024 di Jakarta, Selasa, 30 Juli.

"Terkait dengan pengelolaan sampah plastik di laut, ini luar biasa dukungan dari daerah. Awalnya, kami cuman punya target 12 kabupaten/kota. Sampai dengan semester I-2024, ini sudah terlaksana di 30 kabupaten/kota setelah (program) BCL ini kami gerakkan dua tahun terakhir," ujar Kusdiantoro.

Kusdiantoro menilai, kesadaran pemerintah daerah (Pemda) untuk terlibat dalam pembersihan sampah plastik di laut tersebut luar biasa tinggi.

"Awalnya dari kementerian, ya, pusat. Sekarang lebih dari 50 persen itu dilakukan oleh daerah, anggaran dari daerah. Artinya, semakin tinggi kesadarannya dan secara program ini kami berhasil karena sudah mengajak daerah untuk terlibat di dalam program tersebut," ucap dia.

"Dan kalau melihat data, dulu kami di peringkat kedua terkait kontribusi sampah plastik terbesar di dunia. Sekarang data terakhir itu di posisi kelima, sudah turun. Dan dari sisi peringkat juga turun. Jadi, peringkatnya naik, jumlah sampahnya turun," tambahnya.

Namun demikian, Kusdiantoro belum dapat memberikan informasi lebih lanjut untuk posisi Indonesia sampai dengan akhir tahun nanti. Sebab, datanya memang belum keluar.

Meski begitu, Kusdiantoro sangat optimistis bahwa Indonesia bisa keluar dari posisi 10 besar sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.

Mengingat, pemerintah melalui KKP telah menjalankan berbagai upaya preventif untuk mengurangi jumlah sampah plastik di laut.

"Data 2024 mudah-mudahan segera keluar, saya berdebar juga. Tapi, kami optimistis dengan upaya preventif seperti perusahaan-perusahaan kami gandeng melakukan mitigasi mengurangi sampah. Kemudian, kami buat menjadi ekonomi sirkular," ungkap Kusdiantoro.

Menurutnya, rata-rata penggerak masyarakat untuk turut terlibat di dalam program KKP tersebut adalah anak-anak muda berusia 25-30 tahun.

"Jadi, kegiatan ini tidak hanya membersihkan, tapi mengedukasi dan melatih. Sehingga, harapannya mereka tumbuh menjadi pelaku usaha yang menciptakan nilai ekonomi," imbuhnya.