Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku kapasitas tes real time polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19 belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Rasio PCR dengan jumlah populasi kami ini masih belum ideal. Walau, untuk ukuran provinsi se-Indonesia, kita ini tertinggi setelah Jakarta," ungkap Ridwan Kamil dalam diskusi virtual, Jumat, 4 September.

Berdasarkan stadar WHO, suatu wilayah diharuskan melakukan satu persen dari seluruh jumlah penduduk. Kang Emil, sapaan akrabnya, mengasumsikan penduduk di Jawa Barat sebanyak 50 juta. Itu Artinya, Jawa Barat harus melakukan sebanyak 500 ribu tes. Namun, berdasarkan data, Jawa Barat masih melakukan tes 235.859 kali. 

"Kita baru 200 ribu tes. Target kita di 500 ribu. Tes kita ini masih kurang. Ini menjadi dasar kita kerja keras setiap hari mengejar target tadi," ucap dia.

Emil membeberkan salah satu alasan upaya pemeriksaan (testing) di Jawa Barat belum ideal karena keterbatasan anggaran. Kata dia, jumlah penduduk Jawa Barat sama dengan Korea Selatan. Sayangnya, anggarannya hanya 1 persen dari Korea Selatan.

"Jadi, dengan uang dan budget 1 persen dari Korea Selatan ini dan harus dilakukan penanganan COVID-19 standar dunia, maka pasti ada kelemahan-kelemahan. Bukannya kita sengaja kecilkan (tes), bukan. Memang barangnya enggak ada," tutur Emil.

Saat ini, Jawa Barat sudah memiliki 26 laboratorium jejaring pemeriksaan spesimen PCR. Untuk meningkatkan kapasitas tes, Emil membeli 27 alat tes PCR portable.

"Alat PCR ini akan kami kelilingkan ke desa-desa, ke mana-mana, sehingga keterjangkauan pemetaan COVID-19 itu bisa terkendali," ujar mantan Wali Kota Bandung tersebut.

Sebagai informasi, akumulasi kasuas COVID-19 di Jawa Barat per tanggal 3 September sebanyak 11.719 kasus. Ada 5.070 kasus aktif yang masih menjalani perawatan atau isolasi, 6.369 kasus sembuh, dan 280 kasus meninggal dunia.