Bagikan:

KARANGANYAR - "Ini apa-apan mas?". Kemarahan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada mandor proyek di SMAN Tawangmangu tak tertahan lagi.

Ganjar Pranowo datang ke tempat ini bukannya direncanakan. Gubernur Jawa Tengah sejak 23 Agustus 2013 silam itu sedang sidak dan tiba-tiba menemukan tembok palsu di bangunan SMAN Tawangmangu, Minggu 30 Januari.

Seharusnya bagian itu berisi tembok bata. Tapi malah jebol ketika ditendang pelan.

Tidak cuma itu. Dia juga melihat beberapa bagian bangunan seperti dikerjakan asal-asalan.

Mulai dari besi pembatas tangga yang karatan dan pengelasan tidak sempurna, lantai dan tembok retak serta bata tempel yang tidak rapi.

Tapi paling parah adalah tembok di bawah jendela lobi. Ganjar yang melihat keanehan lalu mencoba kekuatan tembok itu dengan menendang pelan. Ternyata langsung jebol. Setelah diperiksa, ternyata itu tembok palsu yang dibuat dari hardboard.

Ganjar Pranowo (Foto via Pemprov Jateng)

"Ini apa-apan mas?  Jangan main-main. Sekarang telpon bosmu, saya mau ngomong," hardik politisi PDI Perjuangan ini pada mandor itu.

Mandor itu dengan cepat menelepon seseorang bernama Heri yang disebutnya pimpinan kontraktor proyek SMA N Tawangmangu. Telepon kemudian diberikan kepada Ganjar yang langsung bicara dengan nada tinggi.

"Masih ingat saya dulu ngomong ya, jaga integritas dan kualitas, jangan korupsi, sekarang pekerjaanmu kayak gini. Mau saya bawa ke kejaksaan?" ancam Ganjar.

Gubernur meminta pelaksana proyek segera memperbaiki. Masih ada masa pemeliharaan selama enam bulan bagi kontraktor untuk memperbaiki kualitas bangunan itu. Jika tidak diperbaiki, maka Ganjar mengatakan tidak akan menerima hasil pekerjaan.

"Kalau nggak bagus kaya gini, saya kembalikan dan saya perkarakan. Jadi kalau mau main-main sama saya, ya saya persoalkan ini," tegasnya.

Ganjar Pranowo (Foto via Pemprov Jateng)

Menurut Ganjar, SMA tersebut adalah sekolah menengah atas negeri pertama di Tawangmangu. Rakyat Tawangmangu sudah sangat lama menanti keberadaannya. Ia tidak ingin penantian itu berujung kekecewaan karena kualitas bangunan yang buruk.

"Masa sudah selesai masih berantakan, pakunya semerawut, di atasnya nggak rapi. Saya telpon kontraktornya, saya katakan diperbaiki atau saya tolak. Besok saya kirim tim teknis bersama arsitek ke sini, saya ingin semua ngecek sebelum diserahterimakan. Saya nggak mau ada orang yang main-main untuk sekolahan," pungkas Ganjar Pranowo.