Bali Bakal Jadi Tuan Rumah Conference of Parties Minamata Convention on Mercury, Diikuti 137 Negara
Gubernur Bali Wayan Koster/FOTO PEMPROV BALI

Bagikan:

DENPASAR - Gubernur Bali Wayan Koster menyambut baik rencana Conference of Parties Minamata Convention on Mercury di Bali. 

"Konferensi yang untuk pertama kali dilaksanakan di Bali ini akan berlangsung pada tanggal 21 hingga 25 Maret 2022 mendatang dengan sistem bubble mengingat saat ini pandemi Covid-19 masih berlangsung," kata Koster saat menerima audiensi Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati di Jaya Sabha, Denpasar, Bali, Jumat, 14 Januari. 

Koster juga mengucapkan terima kasih atas dipilihnya Bali sebagai lokasi penyelenggaraan konferensi tersebut. Koster mengatakan konferensi tersebut akan mampu menggairahkan kembali perekonomian masyarakat Bali.

"Terima kasih atas dipilihnya Bali sebagai lokasi penyelenggaraannya. Tahun ini cukup banyak event internasional yang akan dilaksanakan di Bali. Tentu saya berharap ini akan mampu menggairahkan kembali perekonomian masyarakat Bali," harapnya.

Selain itu, Koster terus mengingatkan agar protokol kesehatan menjadi perhatian penting pihak penyelenggara agar jangan sampai terjadi penyebaran kasus Covid-19 baru.

"(Saya) berharap para peserta konferensi nantinya juga bisa berkunjung ke pameran IKM Bali Bangkit yang akan diselenggarakan di Taman Budaya, Art Center, Denpasar," ujarnya.

Sementara, Dirjen PSLB3 Kementerian LHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan Indonesia dan Bali patut berbangga karena selama ini pelaksanaan Conference of Parties Minamata Convention on Mercury selalu diselenggarakan di Swiss.

"Ini merupakan untuk pertama kalinya Indonesia sebagai tuan rumah. Akan diikuti oleh 137 negara dengan jumlah peserta mencapai seribu orang," katanya.

Menurutnya, konferensi ini akan membahas pengurangan dan penghapusan mercury untuk sektor kesehatan, manufaktur, energi dan pertambangan emas. Ia berharap, kedatangan peserta konferensi akan mampu membangun geliat perekonomian Indonesia khususnya Bali di tengah terpuruknya pariwisata akibat pandemi.

"Tentu saja protokol kesehatan (prokes) juga harus diperhatikan dengan sistem bubble. Artinya, mereka selama acara hanya akan berada di wilayah yang telah ditentukan. Setelah konferensi selesai, mereka akan kembali menjalani tes swab dan jika hasilnya negatif maka mereka akan bisa menikmati pariwisata Bali. Mengingat para peserta sudah jauh-jauh datang ke Bali, nanti kita akan atur semua itu," ujarnya.