Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Syaiful Huda mendorong agar guru dan tenaga kependidikan mendapatkan prioritas dalam pemberian vaksinasi booster atau penguat.

"Kami mendorong agar guru dan tenaga kependidikan segera mendapatkan prioritas vaksinasi booster. Ini bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran tatap muka (PTM)," ujar Syaiful Huda di Jakarta, Kamis 13 Januari.

Dia menambahkan vaksinasi booster tersebut sangat diperlukan untuk mendukung PTM 100 persen yang sudah berlangsung di sejumlah daerah. Apalagi, di tengah meningkatnya kasus COVID-19 varian Omicron di Tanah Air.

Sejumlah daerah telah menyelenggarakan PTM 100 persen. Namun, juga ditemukan kasus positif COVID-19 di sekolah. Misalny, di SMAN 71 Jakarta ditemukan satu siswa positif varian Omicron, yang menyebabkan pelaksanaan PTM dihentikan sementara.

Vaksinasi booster diselenggarakan oleh pemerintah dengan sasaran masyarakat usia 18 tahun ke atas dengan prioritas kelompok lansia dan penderita imunokompromais.

Sebelumnya, pemerintah merilis pelaksanaan vaksinasi booster bagi sasaran lansia yang dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota. Sementara sasaran non-lansia dilaksanakan di kabupaten/kota yang sudah mencapai cakupan dosis 1 minimal 70 persen dan cakupan dosis 1 lansia minimal 60 persen.

Calon penerima vaksin menunjukkan NIK dengan membawa KTP/KK. Bisa juga mendaftar melalui aplikasi PeduliLindungi.

Penerima vaksinasi booster berusia 18 tahun ke atas dan telah mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap minimal 6 bulan sebelumnya.

Vaksinasi booster dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme Homolog, yaitu pemberian vaksin booster dengan menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya. Sementara itu, mekanisme Heterolog, yaitu pemberian vaksin booster dengan menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat sebelumnya.

Jenis vaksin yang digunakan antara lain, untuk sasaran dengan dosis primer Sinovac, diberikan vaksin AstraZeneca, separuh dosis (0,25 ml), atau vaksin Pfizer, separuh dosis (0,15 ml).

Untuk sasaran dengan dosis primer AstraZeneca, diberikan vaksin Moderna separuh dosis (0,25 ml), atau vaksin Pfizer, separuh dosis(0,15 ml).

Penyuntikan dilakukan secara intramuskular di lengan atas. Penyuntikan half dose dilakukan dengan menggunakan jarum suntik sekali pakai 0,3 ml yang telah diberikan tanda ukuran dosis 0,15 ml dan 0,25 ml. Bagi daerah yang belum menerima jarum suntik sekali pakai ini, dapat memanfaatkan yang tersedia.