Bagikan:

SURABAYA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menerapkan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen dengan dua shift. Untuk shift pertama kapasitas pelajar sebanyak 50 persen, dan shift kedua 50 persen menyesuaikan kondisi sekolah masing-masing.

"Alhamdulillah hari ini sekolah PAUD, TK, SD dan SMP di Kota Surabaya resmi digelar PTM 100 persen. Kenapa dua shift? kita meyakinkan kepada wali murid, bahwa persyaratan yang satu meter juga kita lakukan, jadi nggak ada tumpuk-tumpukan," kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, di Surabaya, Senin, 10 Januari.

Eri Cahyadi memastikan kegiatan PTM di Surabaya sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, di sekolah telah tersedia tempat cuci tangan, alat pengukur suhu hingga barcode PeduliLindungi. "Ketika masuk di sekolah, ada jaraknya antar bangku, minimal 1 meter atau 100 cm. Karena ada jarak 1 cm, tidak cukup 100 persen. Makanya kita buat dua shift, tapi tetap 100 persen, hanya saja tidak dalam satu waktu. Jadi yang pertama jam 6.30 - 10.00 WIB, kedua jam 10.00 - 13.00 WIB," katanya.

Eri Cahyadi  berharap, para wali murid khususnya dari pelajar jenjang SD memberikan izin anak-anaknya mengikuti PTM. Meski dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) empat Menteri hal itu sudah tak diperlukan, namun perizinan dari wali murid dinilainya sangat penting. 

"Insyaallah sambil berjalan kami dari pemkot dan DPRD sambil evaluasi akan kita wajibkan semua masuk 100 persen, tapi tetap dengan dua shift," ujarnya. 

Dalam pelaksanaan PTM ini, lanjut Eri Cahyadi, pelajar tidak diberikan waktu istirahat untuk keluar kelas, sehingga semua aktivitas dilakukan di dalam kelas. Bahkan kantin dan perpustakaan untuk sementara ditutup, agar memudahkan guru mengontrol para siswa dan lebih mudah melakukan evaluasi.

"Ini bentuk dari ikhtiar kita. Karena bagaimanapun pendidikan kalau lewat hybrid terus karakter jiwa yang hebat juga akan hilang, kalau online terus anak jadinya individualis. Sehingga pemkot dan DPRD meyakinkan kita berani lakukan (PTM) dan kita coba," ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya, Herlina Harsono Njoto, bahwa pelaksanaan PTM 100 persen sesuai progres yang ditentukan. Mulai dari penerapan jarak 1 meter antar siswa hingga dilakukan secara 2 shift.

"Saya berharap nanti ini akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap, juga memantau kondisi pandemi yang ada di Surabaya. Sehingga nanti ketika pandemi sudah terkontrol, bisa ditingkatkan benar-benar 100 persen PTM di sekolah," kata Herlina.

Meski begitu, Herlina juga berharap ada pengecualian terhadap siswa yang memang memiliki gangguan kesehatan. Menurutnya, secara mutlak siswa yang tidak dapat mengikuti PTM karena gangguan kesehatan, tidak bisa dikatakan membolos sekolah.

"Saya berharap (PTM) tetap mengutamakan faktor kesehatan, aman dan nyaman. Mengutamakan kesehatan anak-anak itu kemudian harus jadi prioritas utama," katanya.