Bagikan:

ACEH - Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh mencatat seluas 6.265 hektare lahan persawahan padi masyarakat telah terdampak banjir yang melanda sejumlah daerah di Aceh sejak Jumat, 31 Desember pekan lalu.

"Kalau untuk banjir, padi itu ada seluas 6.265 hektare hingga hari ini, semuanya ada di delapan kabupaten/kota," kata Kepala Distanbun Aceh Cut Huzaimah di Banda Aceh, Rabu.

Huzaimah menyebutkan, adapun lahan persawahan yang paling luas terdampak banjir tersebut yakni di Kabupaten Aceh Timur seluas 3.182 hektare, Aceh Utara 1.977 hektare, dan Aceh Tamiang 639 hektare.

"Kemudian, di Bireuen 146 hektare, Kota Langsa 286 hektare, dan di daerah lainnya kecil-kecil," ujarnya.

Selain padi, kata Huzaimah, sejumlah wilayah yang sedang persemaian juga terdampak seluas 2.618 hektare. Tertinggi di Aceh Utara yakni 1.485 hektare.

Kemudian, di Kabupaten Bireuen 604 hektare, Kota Lhokseumawe 200 hektare, Aceh Timur 320 hektare, selebihnya di Aceh Besar dua hektare dan Pidie tujuh hektare.

Huzaimah menyampaikan, terhadap kondisi ini, pihaknya segera meninjau persawahan yang terdampak setelah banjirnya surut, serta bakal menyalurkan pompa untuk menarik air yang masih tergenang.

"Terkait yang memang sudah tidak memungkinkan lagi kita bantu benih gratis untuk masyarakat. Jika memang ada lahan yang tidak bisa diselamatkan lagi," katanya.

Sedangkan untuk wilayah perkebunan, lanjut Huzaimah, saat ini masih dalam proses pendataan. Meski demikian tanaman perkebunan lebih tahan karena lebih keras dan tinggi.

"Tetapi yang paling cepat kita proses memang padi, karena ini memang menyangkut dengan pangan," demikian Huzaimah.

Seperti diketahui, akibat hujan deras yang melanda sejumlah daerah Aceh sejak Jumat (31/12/2021) telah mengakibatkan banjir di beberapa kabupaten/kota di Aceh.

Kondisi banjir sampai dengan hari ini telah merendam sejumlah wilayah di Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara hingga kabupaten Bener Meriah.

Sampai hari ini, puluhan ribu masyarakat dari berbagai daerah tersebut terpaksa mengungsi ke tempat, dan tertinggi dari Aceh Utara, Aceh Timur dan Aceh Tamiang.