NasDem Harap Sosok Rais Aam Bisa Merangkul Semua, Tidak Ada Perpecahan Usai Muktamar NU
Suasana pembukaan Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussaadah

Bagikan:

JAKARTA - Hari kedua Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, akan dilangsungkan pemilihan Rais Aam dan Tanfidziyah atau Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem, Mohammad Haerul, berharap Muktamar NU bisa berjalan sukses dan menghasilkan kepemimpinan yang kuat. Siapapun tokoh yang terpilih tentu merupakan pilihan yang terbaik bagi NU.

Wakil Ketua Umum PP Gerakan Pemuda (GP) Ansor ini juga berharap sosok Rais Aam dan Ketum PBNU terpilih bisa merangkul yang lainnya. Sebab, kata dia, politik NU adalah politik negara yang merangkul semua kekuatan politik, berpijak pada plurasime, toleransi serta menghormati kebhinekaan.

“Kita ingin usai muktamar tidak ada lagi perpecahan. Semua bersatu padu untuk umat dan untuk Indonesia yang lebih baik,” ujar Haerul kepada wartawan, Kamis, 23 Desember. 

Untuk diketahui, pada Muktamar NU ke-34 ini mengerucut tiga nama bakal calon Ketua Umum PBNU. Diantaranya adalah KH Prof Dr Said Aqil Siradj, KH Dr As'ad Said Ali, dan KH Yahya Cholil Staquf.

Sekretaris Jenderal DPP Garda Pemuda Nasdem itu menilai, keempat tokoh yang masuk dalam nominasi calon ketua umum PBNU merupakan figur terbaik. Karenanya, kata Haerul, siapapun yang terpilih harus dihormati dan ditaati seluruh pihak.

“Kader NU yang menjadi peserta muktamar diharapkan mampu bermusyawarah dan mencari solusi atas berbagai permasalahan umat dan bangsa,” katanya.

Ke depan, Haerul menginginkan terjalin sinergitas antara NU dengan Partai NasDem. Sebab kata dia, NasDem dapat menjadi penyalur dan penghubung misi NU, yang tergambar nyata melalui program, struktur dan platform.

Bahkan tambah Haerul, sejumlah program Partai NasDem didesain seiiring dan sejalan dengan perjuangan NU.

“Partai Nasdem sebagai salah satu kekuatan nasional sangat ideal bermitra dengan NU, baik terkait urusan nasional yakni kerakyatan atau keumatan, juga urusan internasional yaitu politik bebas aktif demi terwujudnya misi besar NU membumikan Islam rahmatan lil ‘alamin," tandasnya.