Bagikan:

JAKARTA - Putra mantan Ketua MPR Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais sudah meminta maaf kepada Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango atas insiden di Pesawat Garuda rute Gorontalo-Makassar-Jakarta beberapa waktu lalu.

Beberapa petinggi Partai Amanat Nasional (PAN) mengatakan, permasalahan ini sudah selesai di atas pesawat. Sementara Nawawi Pomolango mengatakan, tidak pernah ada acara maaf-memaafkan di atas pesawat.

"Tidak pernah ada acara 'maaf-memaafkan' antara yang bersangkutan dengan saya, bahkan yang bersangkutan meski telah ditenangkan awak kabin dan rekannya, masih terus mengucapkan kata 'pahlawan kesiangan'," kata Nawawi Pomolango kepada VOI dikutip Minggu, 16 Agustus. 

Bahkan, kata Nawawi, Mumtaz Raih mengetahui masalah ini akan dibawa ke ranah hukum. "Jadi yang bersangkutan sangat mngetahui kalau saya akan menyampaikan laporan tersebut," kata Nawawi.

Nawawi membenarkan, ada rekan Mumtaz Rais menyampaikan permintaan maaf pada dirinya sebelum turun dari pesawat Garuda Indonesia. Namun, secara pribadi Mumtaz Rais tidak melakukan hal itu di atas pesawat.

"Pihak lain yang merupakan teman yang bersangkutan, yang  saat hendak turun pesawat mengucapkan permohonan maaf, tapi yang bersangkutan sendiri telah buru-buru turun tanpa tegur sapa apapun," kata Nawawi.

Mumtaz Rais kemarin akhirnya meminta maaf terkait keributan dengan Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolago dalam penerbangan Garuda Indonesia rute Gorontalo-Makassar-Jakarta beberapa waktu lalu.

"Saya hormat kepada beliau. Anggap saja saya yang salah, saya yang muda mungkin darahnya masih bergejolak, menggebu-gebu," kata Mumtaz.

Mumtaz mengakui dirinya khilaf atas tindakan itu. Apalagi dirinya sedang kelelahan sehingga dengan mudah terpancing emosinya.

"Ini saya sudah di Pontianak lagi. Jadi dari Gorontalo, Makassar, ke Jakarta sebentar, sudah di Pontianak lagi," kata dia.

Mengenai penggunaan telepon genggam di astas pesawat, Mumtaz mengatakan bukan hanya dirinya saja. Melainkan beberapa penumpang lain juga melakukan hal serupa. Sebab, posisi pesawat sedang dalam proses pengisian bahan bakar. 

"Sejatinya keadaan bukan boarding tetapi refueling, bahkan sebetulnya kanan kiri saya pegang handphone, yang di belakang kelas ekonomi juga pada telponan," kata dia.

Hanya saja, kata dia, kejadian ini menjadi besar karena dirinya yang melakukan. "Kalau tidak Mumtaz mungkin Bambang, atau Parjo mungkin biasa-biasa saja. Karena ini Mumtaz, kayanya enggak seru kalau enggak diviralin," kata dia.