JAKARTA - Belakangan Presiden Joko Widodo sempat menunjukkan ekspresi kemarahan saat berbicara di hadapan para menterinya pada 18 Juni lalu. Ucapan dan gesture Jokowi saat itu dinilai banyak pihak sebagai ungkapan kemarahan ke para menterinya.
Lantas bagaimana dengan ekspresi dan gesture Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR Bersama DPR-DPD, Jumat kemarin? Pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari, mengatakan jika Jokowi tampil lebih santai dan relaks saat menyampaikan pidato di hadapan anggota legislatif.
"Jokowi terlihat lebih santai dan relaks, membangun kontak mata dengan penonton yang hadir hampir setiap saat," kata Monica seperti dilansir dari Antara, Sabtu, 15 Agustus.
Menurutnya, saat presiden mengenakan baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa diartikan sebagai komitmen mendukung Indonesia yang punya kebudayaan beragam.
BACA JUGA:
Pidato diawali Jokowi dengan menggunakan metafora mengenai kondisi pandemi lewat analogi komputer. Ia mengatakan, metafora adalah cara tercepat untuk menyampaikan pesan yang bisa diterima secara mudah oleh semua lapisan masyarakat.
Namun, Monica menangkap beberapa ekspresi mikro ketika Jokowi menyampaikan beberapa kalimat dan isu seperti memprioritaskan penguatan kapasitas SDM, pengembangan rumah sakit, balai kesehatan juga industri obat dan alat kesehatan. Dalam pengamatannya ada sedikit emosi marah, sedih dan kesal yang ditunjukkan oleh Jokowi.
Monica berpendapat campuran ekspresi antara marah, sedih dan kesal dapat dilihat ketika presiden bicara soal membangun ekosistem nasional kondusif untuk memperluas kesempatan kerja yang berkualitas. "Kita ingin semua harus bekerja. Kita ingin semua sejahtera."
"Dari emosi bawah sadar yang ditampilkan tersebut, terlihat berkesuaian dengan berita yang sempat heboh saat Sidang kabinet 18 juni 2020 di mana Jokowi mengancam reshuffle kabinetnya, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kemenko Perekonomian," katanya.
Satu hal lain yang dianalisis Monica adalah ketika Jokowi bicara soal kinerja Mahkamah Agung yang disebut sangat positif. Di saat Jokowi berkata, "Keberhasilan MA tersebut juga berkat dukungan dari Komisi Yudisial sesuai kewenangannya”.
Monica menuturkan, "Pada kalimat ini muncul mikroeskpresi subtle dengan gerakan bibir yang menunjukkan ekspresi marah dan sedih. Ketidaksinkronan antara pesan verbal dengan non-verbal ini perlu dikaji lebih dalam lagi."