Jokowi: Momentum Krisis Harus Dibajak untuk Lompatan Kemajuan
Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR (Tangkapan layar YouTube DPR RI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia membutuhkan perubahan pola bekerja di tengah pandemi COVID-19. Kesiagaan Indonesia menghadapi COVID-19 tengah diuji.

"Kita harus melakukan reformasi fundamental dalam cara kita bekerja. Kesiapsiagaan dan kecepatan kita diuji,” kata Jokowi dalam pidato kenegaraan di kompleks MPR/DPR, Jumat, 14 Agustus. 

Jokowi menceritakan upaya pemerintah dalam menghadapi COVID-19. Upaya ini dimulai dari mengevakuasi WNI di Wuhan, China. Pemerintah juga menyiapkan rumah sakit khusus, rumah isolasi, kebutuhan obat dan peralatan medis juga mendisiplinkan protokol kesehatan.

“Semuanya harus dilakukan secara cepat dalam waktu yang singkat,” sambungnya.

Ketika krisis kesehatan berdampak pada perekonomian nasional, pemerintah ditegaskan Jokowi bergerak cepat. Program bantuan sosial, diskon tarif listrik, bantuan langsung tunai desa, subsidi gaji dan bantuan UMKM dilakukan.

Upaya ini dilakukan dengan perubahan rumusan program, menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini termasuk realokasi anggaran. Program penanganan ekonomi juga dilakukan.

“Krisis ini telah memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa.  Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil,” paparnya.

Pola pikir dan etos kerja ini menurut Jokowi harus diubah. Penanganan pandemi harus dilakukan dengan fleksibilitas, kecepatan dan ketepatan. 

“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini kita harus bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” katanya.

Dalam pidatonya, Jokowi memaparkan sebanyak 215 negara sedang menghadapi masa sulit diterpa pandemi COVID 19. Daam catatan WHO sampai dengan tanggal 13 Agustus terdapat lebih dari 20 juta kasus di dunia dengan jumlah kematian di dunia sebanyak 737 ribu jiwa.

Krisis perekonomian menurutnya juga terparah dalam sejarah. Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara disebut Jokowi masih plus 2,97 persen, tapi di kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen.

"Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial kebudayaan termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan besar,” tegas Jokowi.