LUMAJANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Jawa Timur menyebut sejumlah kendala yang menghalangi proses evakuasi korban erupsi Gunung Semeru.
Kendala itu diakibatkan cuaca yang tidak baik dan intensitas erupsi yang masih terus terjadi. Kondisi itu menyebabkan endapan lumpur panas yang semakin menebal.
"Hal tersebut membuat sejumlah korban yang masih dikabarkan hilang sulit ditemukan. Cuaca kurang bersahabat, ketebalan abu hampir mencapai 1 meter, hal itu menyulitkan proses evakuasi," kata Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik BPBD Lumajang Wawan Hadi, Senin, 6 Desember.
Selain faktor tersebut, material lumpur yang berada di lokasi tergolong panas. Sehingga tim tak bisa sembrono untuk memasuki kawasan titik evakuasi korban.
"Tidak bisa grusa-grusu kami harus tetap waspada. Untuk masuk ke area evakuasi kami harus menggunakan sepatu boat tahan api," kata Wawan.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, korban meninggal akibat bencana erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang bertambah dua orang. Total hingga saat ini korban meninggal bertambah jadi 19, dari sebelumnya 17 orang.
"Dua korban baru ditemukan sekitar jam 13.10 WIB, dalam keadaan meninggal," kata Kepala seksi operasi dan siaga Basarnas Surabaya, I Wayan Suyatna, dikonfirmasi, Senin, 6 Desember.
Menurut Wayan, dua korban meninggal itu ditemukan di aliran sungai Kampung Renteng, Kecamatan Candipuro. Dua jenazah itu diketahui berjenis kelamin laki-laki.
"Kedua jenazah langsung dilarikan ke RSUD dr. Haryoto Lumajang untuk proses identifikasi," ujarnya.
Hingga hari ketiga, petugas gabungan tetap melakukan operasi pencarian dan pertolongan, terhadap kemungkinan warga yang menjadi korban awan panas guguran Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang.
Berikut ini total data korban jiwa atau terdampak, yaitu warga terdampak 5.205 jiwa, hilang 27 dan meninggal dunia 19 orang. Sementara itu, warga yang mengungsi berjumlah 1.707 jiwa yang tersebar di 19 titik.