JAKARTA - Seorang dokter bernama Terrence Hui saat itu tengah mengamati paru-paru penderita COVID-19, dengan menggunakan x-ray atau rontgen. Hasilnya, ia mendapati sebuah tanda yang "khas" yakni adanya bayangan putih pada hasil pengamatan paru-paru penderita COVID-19.
Melansir Channel News Asia, Senin 10 Agustus, bayangan putih ini adalah kekeruhan di paru-paru yang mengarah ke infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini bisa berarti pasien mengidap COVID-19.
“Ketika (virus corona penyebab COVID-19) menyerang paru-paru, yang terjadi adalah sel dan cairan mengisi kantong udara ini,” kata Terrence Hui, residen senior di Rumah Sakit Tan Tock Seng Hospital, Singapura.
“Karena terisi, paru-paru tidak dapat menukar karbondioksida dengan oksigen. Dan karena itu gagal berfungsi atau memenuhi tujuannya. Saat kami mengambil x-ray, semua cairan dan sel ini muncul berupa bayangan putih," jelas Hui.
Untuk sebagian besar pasien COVID-19, rontgen hanya menunjukkan bercak putih yang sangat kecil, kata Hui. “Itulah mengapa banyak pasien asimtomatik, mereka tidak benar-benar sesak atau apapun. Karena udara hanya akan masuk ke bagian fungsional paru-paru lainnya,” jelasnya.
“Tetapi pada sekelompok kecil pasien, opasitas mulai meningkat, itu berarti lebih banyak bagian paru-paru yang terlibat. Itu berarti paru-paru akan mengalami dekompensasi karena tidak dapat berfungsi dengan baik," ujar Hui.
Penelitian telah menunjukkan bahwa rontgen dada pasien yang terjangkit COVID-19 parah dapat mengalami kekeruhan yang dapat menutupi lebih dari 50 persen paru-paru, kata dokter Hui. Kekeruhan di paru-paru tidak spesifik untuk COVID-19 dan dapat diamati lebih lanjut dengan pemeriksaan virus dan bakteri lainnya. Diagnosa akhir apakah pasien terjangkit COVID-19 akan datang dari tes swab.
“Mampu membedakan dari yang paling serius sampai ringan sebenarnya sangat berguna, karena membantu Anda menentukan prioritas. Jadi Anda menggunakan sumber daya rumah sakit untuk merawat pasien yang lebih sakit," jelas Hui.
Foto rontgen dada juga digunakan untuk memantau perkembangan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, kata Hui. Rata-rata pasien COVID-19 menjalani tiga kali rontgen selama mereka dirawat di Rumah Sakit Tan Tock Seng. Hal tersebut bisa membandingkan hasil rontgen yang diambil pasien selama beberapa hari untuk melihat bagaimana individu tersebut mengatasi penyakit tersebut.
Risiko penularan
Seorang radiografer terlatih, Reddy, telah bekerja di rumah sakit selama lebih dari 25 tahun. Ia sudah berpengalaman menghadapi wabah yaitu SARS dan H1N1.
“Skala pandemi COVID-19 telah melampaui SARS, H1N1, dan Ebola. Jauh lebih besar dan durasinya juga lebih lama, ” kata Reddy.
Diperlukan beberapa menit bagi radiografer untuk melakukan x-ray dan akan diunggah secara elektronik ke server. Seorang ahli radiologi akan memiliki akses ke rontgen digital dan diagnosa klinis akan dibuat dalam waktu 30 menit hingga satu jam.
BACA JUGA:
“Sekarang dengan teknologi daring, kami tidak perlu menyentuh film x-ray. Kami memiliki lebih sedikit titik sentuh,” kata Reddy.
Ketika radiografer melakukan kontak dengan pasien yang dicurigai dan dikonfirmasi COVID-19 ketika mereka melakukan rontgen, ada juga kebutuhan untuk tindakan pencegahan tambahan. “Risikonya nyata karena mereka akan bersentuhan langsung dengan pasien, tapi kami memakai APD lengkap, jadi kami terlindungi dengan baik,” ujarnya.