BNPB Belajar dari Belanda Minimalisir Dampak Banjir Bandang
ILUSTRASI DOK ANTARA/Banjir bandang di Kota Batu Jatim beberap waktu lalu

Bagikan:

JAKARTA - Deputi Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mewakili Kepala BNPB Suharyanto, mengatakan Belanda yang berhasil meminimalisir dampak tragedi banjir bandang di Eropa Barat, dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia.

Diketahui pada Juli 2021 Belanda meminimalisir dampak banjir bandang tanpa menimbulkan adanya korban jiwa, saat terjadi tragedi banjir bandang yang melanda negara-negara Eropa Barat.

"Keberhasilan Belanda meminimalisir dampak tragedi banjir di Eropa Barat, (seperti) Jerman, Belgia, Belanda, tanpa korban pada Juli 2021, yang mana belum pernah terjadi dalam 100 tahun terakhir," ujar Raditya dalam acara Ambassador Talk: Pendekatan Belanda untuk Pengelolaan Risiko Bencana Banjir dan Kebijakan Manajemen Keairan dikutip Antara, Selasa, 23 November. 

Raditya memaparkan memasuki bulan November, sejumlah wilayah di Indonesia dilanda banjir bandang. Hal tersebut juga semakin mengkhawatirkan dengan adanya fenomena La Nina yang diperkirakan berkembang hingga Februari 2022 yang berdampak pada kenaikan intensitas hujan dan bencana hidrometeorologi basah.

Untuk itu, BNPB menghadirkan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns guna memberikan seminar guna memaparkan praktik terbaik pendekatan yang dilakukan Belanda dalam pengelolaan air dan kebijakan manajemen keairan.

Raditya mengatakan hal yang bisa menjadi pembelajaran yakni bagaimana pengaturan manajemen keairan negara Belanda dilakukan dalam satu kementerian yang sama dalam menangani tata ruang, transportasi dan perumahan. Sehingga kebijakan manajemen keairan bisa dikelola secara bersamaan dalam satu kementerian tersebut.

Kemudian hal yang dapat dipelajari adalah bagaimana pembiayaan manajemen keairan oleh Belanda, yang kemudian akan diupayakan sebagai bentuk investasi pengurangan risiko bencana sebelum bencana terjadi.

Selanjutnya adalah inovasi multitujuan dalam tata air yang dilakukan Belanda yakni "Room for the River," yang suatu saat bisa menjadi ruang publik bagi masyarakat, daerah retensi banjir, maupun "water base" di tengah kota.

Hal lain yang dapat dipelajari dari Belanda yakni bagaimana negara tersebut membuat mekanisme desain perkotaan dilihat dari kebutuhan dan fungsi lingkungan terkait tata ruang, perencanaan keairann, spacial planning, dan didukung community planning.

"Saya rasa pembelajaran tersebut bisa menjadi salah satu upaya strategi tata ruang perencanaan yang sifatya long term untuk mengantisipasi pengurangan risiko bencana sebelum banjir, banjir bandang dan tanah longsor," kata Raditya.