Bagikan:

NTT - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, tidak ada peristiwa badai angin Tornado yang terjadi di wilayah perairan Kalabahi, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Informasi ini untuk membantah video viral yang beredar luas di media sosial. Dalam video, terlihat warga menyaksikan dari kejauhan terjadinya angin Tornado di perairan Kalabahi.

"Tidak ada peristiwa badai angin Tornado terjadi di perairan Alor seperti yang beredar di media sosial itu," kata Pelaksana Tugas Kepala BMKG stasiun Meteorologi Kelas III Mali, Kabupaten Alor, Erwin Andrew Karipui ketika dihubungi Antara, Kupang, Rabu, 10 November. 

Fenomena alam angin kencang berputar seperti belalai pernah terjadi di Kabupaten Alor pada 27 Oktober 2021 lalu. Peristiwa itu terjadi di perairan sekitar Matap, Wolwal, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor.

Fenomena tersebut, menurut Erwin, dikenal dengan waterspout yang identik dengan fenomena puting beliung tetapi terjadi di atas permukaan air yang luas yang terbentuk dari sistem awan cumulonimbus (CB).

"Namun demikian, tidak semua awan cumulonimbus dapat menimbulkan fenomena tersebut, tergantung pada kondisi labilitas atmosfer, " kata Erwin. 

Ia menambahkan keberadaan awan CB juga dapat mengindikasikan adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang dan pada kondisi tertentu dapat menimbulkan potensi puting beliung atau waterspout.

"Kejadian waterspout adalah kejadian langka tetapi juga termasuk dalam kategori cuaca ekstrem karena menggambarkan badai super sel pada skala ruang mikro (hanya berkisar puluhan meter) namun tidak bertahan lama dan sangat kecil kemungkinan waterspout tersebut berpindah ke daratan," tegasnya.

"Hari ini tidak ada peristiwa badai angin Tornado di Alor. Kami perlu ingatkan dalam masa peralihan musim seperti saat ini foenoena alam seperti angin puting beliung bisa saja terjadi sehingga harus diwaspadai oleh semua warga. Masyarakat agar tidak mendekat apabila ada fenomena alam seperti itu karena membahayakan,"tegas Erwin Andrew Karipui.